Jumat, 09 November 2012

PANGKALAN TERAKHIR TENTARA ALRI BIRAYANG


Monumen gerilya ALRI Birayang

Pangkalan ini terletak tidak jauh dari Pasar Birayang, hanya beberapa puluh meter saja, sebegitu menyeberang jembatan birayang, melewati Monumen Gerilya ALRI, ambil jalan sebelah kiri, tampaklah sudah pangkalan itu.
RILA MATI BABANTAL TUMBAk DARI PADA HIDUP DIPERBUDAK, semboyan ini nampak tertulis bertatah dengan hurup besar didinding Beton bercat biru laut sebelah kanan,nampak sangat kontras dengan sinar matahari pagi yang baru bersinar kala itu, ada kesan keberanian, keikhlasan, ketulusan tanpa pamrih dan kekuatan semangat berjiwa rela berkorban maha besar yang kurasakan , kalaupun terasa angkuh…..biarlah, sepantasnya semua ini ada dan diucapkan oleh mereka, kuucapkan kata-kata ini berulang-ulang namun aku juga tidak berani berlama-lama memandangi terlalu lama tulisan ini, aku tertunduk begitu kuat rasanya tulisan ini, aku merasa malu dan merasa tidak pantas berada di tempat itu.bagian tengah dari tempat aku berdiri nampak logo keemasan berlambang sauh, padi dan kapas dan 5 bamboo runcing.dan pada bagian dinding beton sebelah kiri bertatah tulisan Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan Birayang……kuambil secarik kertas dari dalam ransel dan kutuliskan disana ‘Terimakasih pahlawan’ dan kuletakkan di bawah logo keemasan itu.
Hari itu, ditempat itu, aku melihat semboyan bukan hanya ada diucapan, aku menjadi saksi perkataan Teman sehati_teman sejati di praktekkan dalam arti yang sebenarnya,berbagi peluh, darah dan kesetiaan, aku merasa malu karenanya….. pertemanan sejati_sehati yang kualami hanyalah sampai kepada berbagi rokok,berbagi nasi kotak sisa seminar karena kiriman dari kampung yang datang telat, berbagi hasil contekan ujian kala kuliah, berbagi kasur sebagai tempat merebahkan badan pada saat harus keluar dari kost karena sudah tak mampu bayar atau di kala kecil dahulu berbagi nangka, jeruk, pisang tetangga yang kami curi dari kebunnya, kuusap mataku yang sedikit berawan, tidak ada camar terbang, tidak ada angin laut, tidak ada laut biru, tidak ada pula pasir pantai, …….aku memang bukanlah berada di pangkalan Angkatan Laut dalam arti sebenarnya tapi aku berada di Makam Pahlawan Tentara Angkatan Laut Republik Indonesia Divisi IV pertahanan Kalimantan birayang, hanya ada 26 nisan berbaris 2, terpampang nama di batu nisan itu mulai dari kiri kekanan pada bagian depan Baseri, Amat Anul, H. Damanhuri, H. Saruji , H. Rusli P, H. Ahmad bin Yahya, Anang Acil, A Tuul, Sahran, halid dan Made Gawis, dan Pada Baris ke dua tertulis nama Semarang, Marjuni, Amberi, Caba, Tiung, Baslin, Tukacil, Mayor, Gurdan, Yurkani, Parmali, Mukeri, Masdar, Hamzah dan Aini.
Makam Pahlawan Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan Birayang
Di Monumen Gerilya ALRI yang tidak seberapa jauh dari Makam Pahlawan ini ada tatahan tulisan B.P.R.I.K (Barisan Pemberontak Republik Indonesia), GERPINDOM (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka), GERIMRI (Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia), MTKI (Mandau Telabang Kalimantan Indonesia), Ps Sabilillah (Pasukan Sabilillah) dan B.B (Banteng Borneo),dalam buku Proklamasi Kesetian Kepada Republik,karangan Wajidi dikatakan bahwa perjuangan revolusi kemerdekaan Indonesia di Kalimantan Selatan dimulai sejak Perang Dunia II berakhir, dan Pengiriman Tentara Republik ke Kalimantan baik secara berkelompok atau sendiri-sendiri lebih memungkinkan melewati laut, tanggal 4 April 1946 dibentuk ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan dengan Panglima Letkol. Zakaria Madun dan Kepala Staf May. Firmansyah, 6 bulan kemudian yaitu tanggal 10 Oktober 1946 dikirimlah ekspedisi penghubung yang di pimpin oleh Letnan II Asli Zuhri dan wakilnya Letnan Muda Mursyid Seman ke Kalimantan dengan tugas pokok membentuk organisasi ALRI Divisi IV di Kalimantan Selatan dan menyatukan organisasi-organisasi perjuangan yang ada ke dalam ALRI Divisi IV, untuk melakukan tugasnya mereka berusaha menemui Hasan Basry di pedalaman Kalimantan Selatan. Setelah melalui serangkaian pertemuan dan Pembicaraan  dengan Hasan Basry, maka pada tanggal 18 Nopember 1946 di Desa Tabat Haruyan didirikanlah satu Batalyon dengan nama Batalyon Rahasia ALRI Divisi IV”A” Pertahanan Kalimantan, Hasan Basri diangkat menjadi Komandannya dengan kesediaan menyatukan Laskar-laskar perjuangan di kalimanta Selatan, nah nama-nama badan kelaskaran di Monumen Gerilya ALRI diatas merupakan sebagian dari sekian banyak Badan Kelaskaran yang menggabungkan diri dengan ALRI Divisi IV.
Dan dihari ini 10 november 2012, di hari pahlawan, aku berdiri di pangkalan terakhirmu…….setangkup do’a dan ucapan terimakasih kuucapkan, “terimakasih pahlawan, terimakasih untuk semua, terimakasih. 
 

Megadeth,rock metal dan jalan trikesuma barabai



The heroes never die….kata syair lagu Blood of Heroes nya Megadeth salah satu band metal itu, tentu tidak bermaksud mengatakan bahwa dengan menjadi pahlawan atau pejuang bangsa kita pasti bakalan hidup selamanya, menjadi mahluk yang abadi, tak bakalan bisa mati, namun maksud syair lagu ini pastilah menyatakan bahwa seorang pahlawan sejati pembela bangsa akan akan selalu di kenang oleh bangsanya, mereka hidup abadi di dalam hati warga negaranya, apa hal tersebut benar?
Bicara tentang pahlawan, semua orang pasti mempunyai pahlawan, siapapun yang kita anggap berjasa bagi kehidupan akan dianggap sebagai pahlawan, dan apabila kita melupakan jasa-jasa mereka maka ibarat kacang, kita telah lupa pada kulitnya. untuk menghormatinya dan agar selalu di kenang sepanjang masa maka di bangunlah aneka monumen untuk memelihara nilai historis agar dapat berbicara kepada siapa saja dari generasi ke generasi. monumen ibarat music rock metal adalah music yang penuh semangat, mendobrak perubahan, membangkitkan motivasi dan spirit kehidupan,dan sebagai music ia tidak bisa dipegang dan diraba tapi ia bisa dirasakan juga dinikmati, dengan prinsp ini maka menurutku sebuah monument perjuangan tidak harus bisa dipegang dan diraba selayaknya kita kenal selama ini, nama jalan misalnya, ia juga termasuk munoment yang tidak dapat kita raba dan kita pegang, namun jelas ia menceritakan kepada generasi ke generasi bahwa nama ini mengacu kepada sesuatu yang mempunyai nilai historis kepahlawanan.
Tanggal 10 nopember yang kita peringati sebagai hari pahlawan adalah hari yang ditujukan kepada pahlawan, para pejuang bangsa ini, seperti yang kita ketahui bahwa sejarah revolusi kemerdekaan Indonesia di Kalimantan selatan dimulai ketika perang Dunia ke II selesai, pada saat ini Belanda mencoba kembali menguasai wilayah kepulauan nusantara yang menurut mereka masih sebagai bagian tak terpisahkan dari kerajaan Belanda, dan Barabai sebagai salah satu kota di Kalimantan Selatan pun ikut menjadi bagian dalam historis perjuangan kemerdekaan ini, dan dari sekian banyak monument perjuangan yang nampak di kota ini adalah penamaan jalan Trikesuma barabai, jalan ini berada persis di seberang mesjid shulaha,orang Barabai juga biasa menyebut nama di jalan ini adalah kampung qadi, jalan ini memanjang dari awal kampung qadi menyisir kampung bukat seberang, namun kenyataannya tidak sedikit warga masyarakat Barabai sendiri yang tidak mengetahui tentang siapa Trikesuma ini, mereka hanya mengetahui bahwa nama ini mengacu kepada 3 orang pahlawan yang berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan di kota Barabai itu saja titik.
Dalam buku Proklamasi Kesetiaan Kepada Republik, karangan Wajidi (2007) dikatakan bahwa Trikesuma ini ditujukan kepada Penyerangan terhadap Tangsi Militer Belanda di Barabai yang terjadi pada tanggal 19 ke 20 Maret 1946, bertepatan dengan selasa malam pukul 22:00 Wita, penyerangan ini dipimpin oleh 3 orang bersaudara yaitu M. Nawawi Arief, Norman Arief dan Al Hamdie Arief. Dari penyerangan ini militer Belanda melakukan pengejaran terhadap mereka bertiga dan pada saat kesempatan duel senjata di Desa Hinas M. Norman Arief gugur sebagai Kesuma Bangsa, tak lama berselang kemudian Pasukan belanda menangkap Al Hamdie arief dan Nawawie Arief di Aluh-aluh, dan hasil Landraad Barabai Juli 1947 mereka di jatuhi Hukum Buangan Selama 18 tahun dan 15 tahun dipenjara Cipinang dan Nusa Kambangan. Selain di kenang sebagai Aksi Trikesuma, masyarakat Barabai generasi tua juga mengenangnya dengan sebutan Aksi 3 badangsanak.
Kita memang telah melewati banyak peralihan generasi sekarang ini, dari generasi 45 ke generasi penerus yang jelas tidak ada lagi penjajahan secara fisik, tidak ada lagi perjuangan berdarah-darah lagi, namun pengetahuan sejarah sejarah perjuangan kemerdekaan tetap sangatlah perlu agar kita dapat memiliki kesadaran untuk menghargai jerih payah yang diperjuangkan oleh para pejuang, dan dapat mengaplikasikan semangat juang, nasionalisme dan patriotism sehingga kita dapat semua dapat mengisi kemerdekaan ini sebagai tanggung jawab terhadap arti kemerdekaan.     

Sabtu, 03 November 2012

JALAN SARIGADING, ANTARA KEPAHLAWANAN SARIGADING DAN PERUSAHAAN JAMU


26 oktober 2012 secara kebetulan bertepatan dengan Lebaran Idul Adha 1433 H, seperti biasa pilihan barabai selalu menjadi tempat untuk merayakannya, 1 rumah kami turun gunung, setidaknya selamat tinggal dulu kampung Sungsum kecamatan Tebing Tinggi, ngumpul lagi dengan keluarga di Barabai adalah acara rutin bagi kami setiap tahunnya, maklum semua pada ngga ada yang tinggal menetap di kampung halaman, meskipun jarak dari Desa sungsum RT. III kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Balangan yang di katakan oleh teman dan keluargaku sebagai daerah gunung hanya sekitar 50 KM dari Kota Barabai, namun di karenakan kesibukan keseharian dunia kerja dan kebetulan pula isteri dan anak di boyong jadi kadang tidak bisa setiap saat ada di barabai, demikian pula kiranya keluarga yang lain jadi saat lebaran ini lah saat seluruh keluarga dapat berkumpul lengkap.
Rencana awal tidaklah berlama-lama, setelah 1 hari di barabai mau mendaki gunung lagi, balik ke kampung Sungsum, kembali kerutinitas kerja di Puskesmas Tebing Tinggi, namun seperti biasa, kita hanya mampu berencana Tuhan jua yang menentukan, karena tidak tahan dengan makanan yang manis-manis dan aneka penyedap masakan selama lebaran, aku kena tonsillitis, badanku demam, tenggorokan kering dan nyeri menelan, ditambah lagi karena selama lebaran sering terkena debu yang berlebih di tambah dengan musim kabut asap, mata ku pun menjadi nyeri dan kemerahan, kena konjunctivitis, ambruk juga pada akhirnya aku, ijin sakit beberapa hari dengan tempat kerja. namun sejujurnya aku tak terlalu senang mesti berlama-lama ditempat tidur, pagi-pagi aku dah jalan, dan dari jalan-jalan di banua (istilah banjar untuk kampung halaman) ini lah catatan ini bermula.
Aku Adalah Anak Kampung
Sejujurnya bukanlah di kota kabupaten atau Barabai aku di lahirkan, karena pada akta kelahiranku tertulis kelahiran Banua Hanyar, kampung ini berjarak ± 4 KM dari kota kabupaten, ya….pinggiran Kecamatan Barabai lah. Kalau sekarang tempat kelahiranku itu adalah di Jalan Sarigading, RT 04 RW IV Banua Budi, nama kampung kelahiranku memang sekarang ini sudah tidak ada lagi, hal ini di karenakan adanya kebijakan daerah yang melakukan penciutan desa, dengan demikian akan ada beberapa desa yang kemudian di gabungkan dengan desa lainnya menjadi 1 Desa, dan desa kelahiranku ini kemudian ikut di gabungkan dengan Desa Banua Budi.
Orang mungkin berpikir pencantuman nama Jl. Sarigading ini berhubungan dengan nama Perusahaan Jamu yang juga beralamat tepat di jalan tersebut dan nama Perusahaan Jamu Tersebut adalah Jamu Sarigading, pembakal atau kepala Desa Banua Budi Bp. Mursidi yang kutemui di halaman rumahnya menjelaskan setiap nama jalan atau gang itu pasti ada sejarahnya, maka dari itu ia menamakan gang di samping rumahnya Gang Binuang, karena dulu menurutnya di dalam gang tersebut ada Pohon Binuang yang sangat besar dan menjadi kebanggaan warga Banua Budi dan Banua Hanyar, namun karena pohon itu sudah tua, pohon tersebut roboh disambar petir sehingga kita sekarang ini kita dan anak-anak banua tidak bisa lagi melihat pohon tersebut dan bahkan mungkin ada orang yang sama sekali tidak tahu seperti apa itu Pohon Binuang, dari pembicaraan ini beliau juga menyinggung tentang nama jalan raya yang membelah desa Banua Budi ini yaitu jalan Sarigading, dari cerita Gang Binuang ini pada akhirnya beliau kembali bercerita tentang Sarigading, sebuah cerita yang dahulu waktu aku keci juga sering di ceritakan oleh Abah dan Mama sebagai cerita penghantar tidur waktu aku kecil dulu, Pembakal atau Kepala Desa Banua Budi Bp. Mursidi ini juga menyarankan agar aku melakukan cross cek kebenaran cerita ini dengan orang yang lebih tua dari dia sehingga cerita ini tidak dianggap sebagai cerita bohong atau di buat-buat, kedepannya ia pun berencana apabila ada pembuatan nama Gang lagi, ia akan mengusulkan kepada masyarakat dengan Nama Sri Gading agar masyarakat terutama para generasi mudanya bisa mengetahui sehingga dapat mmbedakan antara Sarigading sebagai nama kembang, nama perusahaan jamu dan nama jalan yang membelah di kampungnya ini.
Namun para pembaca harus siap-siap kecewa,tulisan ini tentu akan banyak kekurangannya, aku memang bukan sedang menulis biografi, atau sedang melakukan sebuah kajian sejarah, untuk itu, anda janganlah berharap menemukan hal-hal yang sangat mendetail dan mendalam dalam penulisan ini.
JALAN PANJANG MENUJU SARIGADING
bunga sri gading
Internet merupakan tempat pertama yang ku datangi pertama kali, dengan mengetikkan nama sarigading, aku menemukan ratusan kata sarigading namun selalu saja hal ini mengarah kepada nama perusahaan jamu yang ada di kota barabai, atau kata tersebut akan terhubung dengan nama alamat sarigading, google juga menghubungkan kata sarigading dengan Sri Gading, dan pada saat kata tersebut kuikuti, ternyata kata Sri Gading ini mengarah kepada bunga sri gading yang di katakana merupakan pohon kecil atau semak yang biasa ditanam di pekarangan rumah. Tumbuhan yang berasal dari Asia Selatan ini tidak berbentuk indah namun ditanam karena harum bunganya yang menyeruak di malam hari. Dengan warna mahkota bunga yang khas, bunganya mekar setelah matahari terbenam. Pada siang hari bunga yang mekar pada malam sebelumnya luruh. Sampai disini internet pada akhirnya tidak mampu memberikan informasi yang lebih lagi kepadaku.
Namun Aku meyakini, pembeian nama Jalan ini pastilah tidak ada berhubungan sama sekali dengan nama perusahaan Jamu di jalan sarigading tesebut, namun sampai disini aku masih belum menemukan alasan yang dapat menyangkal keyakinanku ini, apalagi dari teman-teman yang kutemui semua memberi jawaban yang sama, bahwa penamaan jalan sarigading itu pastilah sangat berkaitan erat dengan perusahaan jamu tadi. Ku coba menceritakan kepada teman-temanku tentang cerita masa kecilku dan ditambah lagi dengan menyebutkan bahwa pendapat ini juga di dukung oleh kepala desa Banua Budi, teman-temanku hanya bilang,’hanyar haja aku tahu To’(baru sekarang saja Aku mengetahuinya).
Dengan di balut perasaan ingin tahu, Aku balik ke tempat bapak Kepala Desa Banua Budi, beliau mencoba menyebutkan beberapa nama yang mungkin bisa aku temui sebagai narasumber dalam penulisan ini, namun apa boleh buat…..nama-nama tersebut sudah tidak ada lagi, mereka sudah berpulang ke khadiratnya. Satu-satunya nama yang bisa kutemui hanyalah tersisa 1 orang saja, ini pun adalah orang yang sangat luar biasa, karena beliau ini tak lain dan tak bukan adalah orang tua ku Sendiri. dilahirkan dengan Nama Suriansyah di Banua Binjai pada tanggal 17 Agustus 1940, beliau adalah pensiunan Guru dan di kampung beliau biasa di kenal masyarakat sebagai Guru Suri atau Haji Suri, orangnya Kurus, agak hitam, Sederhana, tegas namun penuh dengan kesahajaan. Saat di tanyakan tentang sarigading beliau menerawang, wajah beliau tertunduk dan dengan singkat beliau berkata ‘sarigading adalah pahlawan’, namun beliau sendiri mengaku tidak pernah bertemu dengan Pahlawan Sarigading ini, dan beliau pun  mengetahuinya dari cerita kakek-kakekku atau orang tua abah yang menurut beliau pernah bertemu dan bahkan berkawan dengan pahlawan sarigading ini.
sket desa banua binjai
Abah mengakui tidak mengetahui tentang alasan pemberian nama jalan ini dengan nama jalan Sarigading, namun beliau berkeyakinan dengan pasti, hal ini tentulah berhubungan dengan nama Pahlawan sarigading dan tidak ada hubungannya dengan nama perusahaan jamu tersebut, kalau pun ada itu hanyalah kebetulan saja bahwa perusahaan jamu itu berada di jalan sarigading, lagi pula tentunya lebih lama kejadian Sarigading ini dari pada perusahaan jamu ini, demikian abah menimpali cerita ini.
Cerita Kepahlawanan sarigading ini menurut abah tidak terlepas dari nama Banua Binjai, kampung ini telah ada sebelum kemerdekaan Indonesia, wilayah banua binjai sangat lah luas, mencakup 5 Desa di era Orde Baru dan 3 Desa di era Otonomi Daerah, menurut abah pada tahun 1940an di Banua Binjai kedatangan seorang Tentara dari Pulau Jawa bernama Sarigading, Semua warga Banua Binjai pun Mengetahui kedatangannya ini pada saat itu. dalam saat itu tidak ada tempat yang aman bagi seorang pejuang kemerdekaan, maka sarigading bersembunyi di sekitar Hutan Parak tepatnya sekarang ini masuk dalam wilayah Desa Banua Budi RT.3, dalam kesehariannya berada di wilayah hutan ini Sarigading makan dan minum dengan apa saja yang dapat di jadikan makanan, kadang kakek yang merupakan orang tua abah membawakan makanan sekedarnya, dari sinilah kemudian kakek dapat berkawan baik dengan Pahlawan sarigading ini.
kuburan muslimin banua budi
Sudah kita ketahui secara umum bahwa pada saat tersebut tidak 100% masyarakat kita sejalan dengan perjuangan kemerdekaan yang diusahakan pada saat tersebut, selalu ada orang-orang yang rela menggadaikan harga dirinya kepada penjajah, dengan bujukan oleh oknom oknom desa pada saat itu sarigading diinformasikan bahwa ia sedang di tunggu oleh teman-teman seperjuangannya di Banjarmasin, Sarigading pun keluar hutan untuk menemui teman-teman seperjuangannya,namun sesampainya di Pantai Hambawang, perjalanan Sarigading terhenti oleh Sepasukan Belanda, kemudian Sarigading di tangkap dan di bawa kembali ke kampung Banua Binjai, Di Banua Binjai Sarigading di hukum tembak oleh Polisi KNIL, dan jenazahnya di makamkan di Kubur Muslimin Desa Banua Binjai yang sekarang ini adalah kuburan muslimin Desa banua Budi, pada saat itu menurut abah mana ada masyarakat yang mampu mencegah kejadian ini ‘mau di lawan dengan apa, lagian yang di lawan pasukan belanda’ kata abah.dan setelah masa kemerdekaan di Tahun 60an Jenazah Sarigading di Pindahkan ke makam pahlawan Kusuma Bangsa Pagat Batu Benawa. Demikianlah cerita sarigading yang di ceritakan oleh orang tua ku, benar-benar cerita yang singkat, tidak ada catatan yang dapat ku dapatkan dalam penulisan ini, harapan kedepan, aku sangat mempunyai keinginan bahwa suatu saat aku melakukan ziarah ke makam pahlawan Kusuma Bangsa, pagat, batu benawa untuk menemukan makam pahlawan pahlawan sarigading ini, dan lebih jauh lagi terbersit pula sebuah harapan bahwa suatu saat akan ada orang yang akan melakukan penelusuran sejarah tentang pahlawan sarigading ini, terakhir sebuah harapan kutujukan kepada semua warga masyarakat Barabai, semoga tulisan ini dapat sedikit memberikan informasi tentang ‘JALAN SARIGADING’ jalan hidup seorang pahlawan bernama Sarigading dan sebuah jalan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, namun dengan ini semua, penulis juga kecewa, ternyata plang nama jalan Sarigading ini berada tepat d bagian depan Bulau dalam dan Bagian belakang Bulau dalam tersebut  sehingga dengan penataan seperti ini letak perusahaan jamu sarigading berada di pertengahan jalan tersebut, sedang jalan menuju kearah Banua Binjai dan Seterusnya tidak ada plang nama Jalan sarigading nya, sehingga bagi orang yang tidak tahu akan cerita pahlawan Sarigading ini tentu akan menghubungkan nama jalan Sarigading dengan perusahaan jamu ini.
SITUS PAHLAWAN SARIGADING
jembatan sarigading
sumur sarigading
         Semua cerita dalam pahlawan sarigading tersebut, di masa sekarang ini terletak di Desa Banua Budi RT.04, ada beberapa situs atau tempat yang dapat dihubungkan dengan pahlawan sarigading ini, diantaranya adalah rumah dari kayu berhalaman luas yang ada di RT.04 Desa Banua Budi yang ditempati yang oleh masyarakat Desa Banua Budi di Panggil Nenek Tair, menurut cerita masyarakat agak jauh di belakan rumah ini lah dulu pahlawan sarigading di tembak, dan kemudian apabila kita jalan agak ke dalam, melewati kebun kelapa kita akan menemukan jembatan kecil dari kayu ulin yang di lingkupi oleh rimbun daun rumbia,inilah jembatan sarigading yang menurut cerita pula ditempat inilah dahulu jenazah pahlawan Sarigading di Mandikan, dan persis di sebelah kiri jembatan terdapat bekas sumur yang tertutup oleh dedeaunan, masyarakat menyebutnya Sumur Sarigading, air dari sumur ini lah yang digunakan untuk memandikan jenazahnya. Dan persis di persimpangan jalan kearah pandawan dan Kambat terdapat kuburan muslimin Banua Budi, di Pemakaman ini dulu di makamkan jenazah Pahlawan Sarigading sebelum makamnya di bongkar dan kemudian di pindahkan ke makam pahlawan Kusuma Bangsa, Pagat batu benawa