Jumat, 21 Agustus 2015

NAPAK TILAS KERUMAH PERJUANGAN ALRI DIVISI IV PERTAHANANAN KALIMANTAN, KARANG JAWA KANDANGAN.



karang Jawa Muka adalah salah satu desa di  kecamatan Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, sebuah desa yang namanya ikut dicatat dalam Sejarah Perjuangan kemerdekaan RI di Kalimantan Selatan.
 
Dalam perjalanan Pulang dari menghadiri undangan Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi kesehatan Olahraga Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan di Hotel Summer BnB Banjarmasin, tanpa sengaja, disalah satu Moshula di daerah perbatasan antara Kabupaten Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, setelah melaksanakan shalat Djuhur, sambil melepas lelah selama perjalan aku bertemu dengan kenalan yang sama-sama melepaskan lelah, Ia mengatakan bekerja di Banjarbaru namun asli kandangan, topik pembicaraan kami bebas saja saat itu, hingga pada akhirnya pembicaraan kami beralih ke tema rencana perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus, ia mengatakan akan merayakannya di Puncak Halao-halao, ia pun menawarkan kepadaku apakah mau ikut serta, namun tawaran itu kutolak, karena aku harus pulang ke Barabai, ia juga banyak bercerita tentang sejarah perjuangan kemerdekaan yang terjadi di Kandangan, tempat kelahirannya. Hingga dari pembiraan tersebut terbersit keinginanku untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut, ia pun sebenarnya berkeinginan untuk mendampingiku mendatangi tempat-tempat tersebut, namun karena ia sudah ada jadwal ke halao-halao, dengan sangat menyesal ia tidak dapat mendampingiku, namun ia menyarankan kepadaku untuk mendatangi daerah Padang Batung, setelah saling tukar tukaran nomor telepon kami pun berpisah.
Semenjak memasuki bulan Agustus, Suasana perayaan hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus memang sudah terasa,semua bangunan baik bangunan pemerintahan, swasta,perseorangan dan rumah-rumah berhiaskan bendera Merah Putih.
dan bagiku sendiri 17 Agustus memang selalu menjadi hari yang istemewa, pada hari tersebut selain untuk memperingati hari kemerdekaan, hari tersebut juga hari untuk memperingati lahir Almarhum Abah yang kebetulan terlahir pada tanggal tersebut,17 Agustus 1940......Merdeka dan Selamat Ulang Tahun Abah, sekelumit Do’a terdalam dan terjujur tercurah untukmu.
Kota Kandangan meski hanya berjarak ± 30 KM dari kota kelahiranku, tetap saja merupakan daerah yang asing bagiku, patokan dari kenalan yang mengatatakan bahwa untuk mencapai Kecamatan Padang Batung adalah arah menuju Lok Sado, namun apabila mau ke Lok Sado belok Kanan, untuk sampai Padang Batung mesti arah sebaliknya.....dengan gambaran demikian, masih saja, semua terasa kabur bagiku, maklum ke dua tempat tersebut belum pernah terjamah olehku. Kenalan tersebut tak habis akal, sebelum Batalyon infantri 621 Kompi senapan C, belok kanan selanjutnya tanya orang....pada akhirnya dengan cara demikian perjalanan ke Padang Batung di mulai.
Sebelum ketemu persimpangan atau sesudah ketemu persimpangan, bertanya saja, dengan kata kunci arah ke Padang Batung atau Monumen Proklamasi 17 Mei 1949, maklum dengan cara ini lebih cepat dan efektif dari pada bertanya pada om google yang kebetulan di layar Hp hanya ada simbol E dan sinyal yang didapatkan pun sering putus-putus (menurut teman yang lain jaringannya bagus kok...hanya aku saja yang lagi sial).
Daerah Padang Batung memang tidak bisa di pisahkan dengan sejarah perjuangan di Kalimantan Selatan, karena di di Desa Padang Batung merupakan tempat kelahiran Bapak Gerilya Kalimantan Selatan, Hassan Basry dilahirkan, kemudian di Durian Rabung dibentuk Panitia Persiapan Proklamasi 17 Mei 1949, kemudian tak jauh dari kecamatan Padang Batung, di Desa Ni’ih dilaksanakan penanda tanganan Teks Proklamasi oleh Letnan Kolonel Hasan Basry, selanjutnya di Desa Mandapai tempat pembacaan teks Proklamsi 17 Mei 1949 tersebut.
Proklamasi 17 Mei 1949 merupakan sebuah fakta sejarah betapa rakyat Kalimantan Selatan tetap setia kepada NKRI, meskipun Pemerintah RI secara sadar dan resmi melepaskan pulau kalimantan menjadi wilayah jajahan Belanda dalam persetujuan Linggar Jati, karena dalam kesepakatan tersebut dinyatakan bahwa kekuasaan RI hanya Jawa, Madura dan Sumatera.
Rencana awal setelah belok dari Batalyon Infanteri 621 Kompi C senapan, aku akan membuat sketsa peta perjalanan menuju Padang Batung, dengan mengingat nama desa selama perjalanan, namun sejujurnya, tangan tak sampai, jauh panggang dari api.....aku lupa semuanya, terlalu banyak belokan untuk diingat, dan terlalu banyak nama desa yang harus diingat, dan pada akhirnya disebelah kiri jalan, aku melihat bangunan tua dengan tugu berlambang ALRI, dan didepan kiri dan kanan bangunan tua tersebut terdapat 2 plang bertuliskan “RUMAH PERJUANGAN ALRI DIVISI IV HANKAL (MILIK H.KASPUL ANWAR)” sebelah kanan bangunan dan “KAMPUS PERJUANGAN” pada sebelah kiri bangunan.
Banguna tua tersebut terbuat dari kayu, beratap sirap, dan berpondasi beton, model bangunan benar-benar tempo dulu, bangunan tersebut di cat warna putih dan Cokelat yang nampak mulai terkelupas, pelatarannya terbuat dari beton dan pintu masuk utama nampak di gembok, aku mencoba melihat kedalam lewat kaca pada pintu utama, lantai ruang tamu nampak dilapisi dengan karpet plastik, tidak ada perabotan disana, kosong....sumber penerangan untuk Bangunan tua ini dari Listrik PLN, namun sepertinya bangunan ini sudah tidak dihuni lagi.
Pada nomor bangunan tertulis Desa Karang Jawa Muka, Nomor 33 RT. 1, RK. I, dan pada Plang yang bertuliskan “KAMPUS PERJUANGAN” di sebutkan bahwa jalan tersebut bernama Jalan Pemuda.
Pada tugu berlambang ALRI di depan Bangunan Tua, terdapat penjelasan tentang sejarah yang penah terjadi Bangunan tua tersebut, penjelasannya ditatahkan pada batu hitam yang menempel pada tugu, dikatakan bahwa pada bangunan ini, tepatnya pada tanggal 2 September 1949 setelah pertemuan Munggu Raya, diadakan  acara ramah tamah antara delegasi Pemerintah RI, yaitu Mayjend Soharyo Haryowardoyo, Kapten Zainal Abidin dari Angkatan Darat dan Kapten Budiarjo dari Angkatan Udara, dari Delegasi Pemerintah Belanda adalah Residen A.G. Deelman dan Overste Veenendal, selanjutnya terdapat pula Delegasi dari Komisi Tiga Negara (KTN) yaitu Kolonel Neals (UNCI) dengan tokoh ALRI Divisi IV pertahanan Kalimantan di bawah pimpinan Letnan Kolonel Hassan Basry.
Dari kata Kunci pertemuan Munggu Raya, aku duduk dipelataran Bangunan Tua itu, kutatap layar di Hp....simbolnya masih E, kuketik pada Opera Mini Kata kunci tersebut, namun proses Loading terasa sangat lama, kuambil buku catatan dari dalam tas ransel yang tersandang, seingatku, pernah aku membuat catatan kecil dari sebuah buku berjudul “Proklamasi Kesetiaan Kepada Republik” Karangan Wajidi. Ya.....aku bersyukur, pada akhirnya tidak seperti sebelum-sebelumnya.....biasanya dalam buku catatanku selalu tak ada, pada akhirnya buku catatan tersebut memberi informasi kepadaku, sedang Opera mini masih tetap loading. Kutatap simbol ALRI didepan bangunan tua itu, karena pertemuan Munggu Raya tersebut adalah bukti ketidak tahuan lagi bagaimana cara Belanda menghadapi Para Gerilyawan di Kalimantan Selatan, sehingga Belanda Berinisiatif meminta Tolong kepada Pemerintah RI dan Komisi PBB untuk Indonesia (UNCI) untuk mendamaikan keadaan sekaligus sebagai penengah dan saksi dalam perundingan perundingan antara Belanda dan ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan, dimana Utusan Militer indonesia sebagai Penasehat dan UNCI sebagai Penengah/saksi perundingan.
Dalam pertemuan Munggu Raya tersebut beberapa hasil yang didapatkan adalah :
1.      Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI), mengakui dengan resmi Hassan Basry sebagai Letnan Kolonel dan Komandan ALRI DIV.IV Pertahanan Kalimantan
2.      Genjatan Senjata dan penghentian permusuhan antara ALRI dan Belanda selambat-lambatnya harus dilakukan dalam 14 hari terhitung pada hari tersebut (2 September 1949)

Pada akhirnya, kutatap terakhir kali Bangunan Tua penuh sejarah tersebut sambil memasukkan catatan yang kubaca kedalam ransel, kutengadahkan tangan keatas dan berdo’a, sebuah do’a untukmu pahlawan, kucoba membayangkan saat-saat itu, pastilah mereka berteriak merdeka dengan lantang....ku hela napas terdalam, pada Karang Jawa aku berpijak, sebuah tempat yang dahulu juga markas ALRI, sebuah tempat Para Pahlawan dahulu pun berpijak......Selamat HUT RI ke-70.