Mesjid Al A'la |
Mesjid Al A’la adalah
sebuah Mesjid tua dan dikeramatkan, mesjid ini secara Historis memang selalu
dihubungkan dengan panji-panji dan Al Qur’an yang sekarang ini di pelihara dan
dirawat oleh salah satu Ulama MudaJakfar Sadiq di desa Jatuh.
Mesjid ini sering
dikunjungi oleh kelompok-kelompok masyarakat,selain untuk melihat lihat mesjid
Al A’la tetapi juga untuk memenuhi Hajat,biasanya mereka mengadakan selamatan
yang di pimpin oleh Kaum mesjid (Penjaga Mesjid) Al A’la Desa Jatuh, dengan
membawa sejumlah Kue Khas Banjar seperti Apam putih, Apam Habang, Cucur Putih,
Cucur habang atau ketupat.
Dalam selamatan
ini,biasanyadisetai jugadengan Batumbang yaitu dengan melemparkan Koin uang
yang dibacakan Shalawatan dan koin shalawatan iniakan diperebutkan oleh para
anak-anak didesa jatuh, menurut Busu Ugun ( Paman Ugun atau Paman Mugeni) kaum
Mesjid Al A’la sekarang ini menjelaskan ‘kalau mereka membawa bayi atau anak-anak biasanya
akan di tampungasi (dibasuh mukanya) dengan Air yang ada di Kolam mesjid atau
kran Wudhu Mesjid, dan kemudian bagi Bayi dan Anak lelaki akan di jajakan
batisnya (dijejakkan kakinya)ke anak-anak tangga mimbar yang berada pada bagian
mihrab. Ritual ini juga menjadi sebuah kewajiban dilaksanakan oleh para juriat
desa Jatuh perantauan disaat pulang kampong denganharapan kelak menjadi seorang
anak yang tidak jauh sikap dan kepribadiannya dari tata kehidupan dalam
lingkungan mesjid.
Mihrab Mesjid |
Mesjid Al A’la desa
jatuh memang tidak bisa dipisahkan dengan panji-panji dan Al Qur’an tua yang
sudah ada diceritakan dalam tulisan sebelumnya.
Dari buku berjudul
Panji-Panji Da’wah Islamiyah Karangan Drs. Syamsiar Seman Terbitan Pengurus
Mesjid Al A’la Jatuh Barabai yang diterbitkan tahun 1979 diceritakan bahwa
selain sebagai tempat melaksanakan Ibadah, Mesjid ini dahulunya juga di gunakan
sebagai markas pasukan baratib guna mengatur siasat pertempuran, pemimpin
pasukan baratib adalah Penghulu Muda Yuda Lalana, pasukan baratib adalah
pasukan rakyatyang dalam setiap
Pertempuran senantiasa berzikir menyebut
nama Allah SWT.
Panji-panji peninggalan
Kuno yang bertuliskan zikir tersebut turut member semangat perlawanan rakyat
terhadap colonial Belanda, karena panji-panji inilah yang di pakai sebagai
bendera pasukan baratib.
Menurut Hj.
Habibah seorang pensiunan Kepala sekolah
kelahiran Jatuh 69 tahun yang lalu, tanah tempat berdirinya mesjid Al A’la
adalah tanah wakaf dari datu-datu dari Penghulu Muda YudaLalana, setelah beliau
wafat pembinaan Mesjid dilanjutkan oleh putra-putra beliau yaitu Haji Abdurrahman
dan Abu Hamid.
Kemudian sekitar abad
ke 18 mesjid ini mendapat perluasan dengan ukuran 13x13 m yang di pimpin oleh
Haji Muhammad Yusuf bin Haji Abdurrahman.
Selanjutnya pembianaan
ini dilanjutkan lagi baik dari ukuran dan juga konstruksinya oleh prakarasa
putra-putra Haji Muhammad Yusuf yaitu Haji Dahlan, Haji Hasan, Haji Sibeli,
Haji Muhammad Arsyad, Haji Muhammad As’ad dan Haji Muhammad Rafie.
Sekarang ini Mesjid Al
A’la yang berasal dari bagasa Arab yang berarti ‘Tinggi’ memang tidak hanya terlihat
lebih tinggi, namun secara kenyataan memang lebih tinggi permukaannya di bandingkan
denagan rumah-rumah penduduk
disekitarnya, sehingga untuk mencapai pelataran Mesjid haruslah melewati tangga
berundak lima. berada persis di didepannya adalah jembatan yang membelag Aliran
sungai Batang Banyu Jatuh menuju ke sungai Kambat,sedangkan aliran sungai yang
dalam cerita terdagulu ada percabangannya ke sungai ringsang pematang sudag
tidak ada lagi, seingatku pada waktu kecilku dagulu sungai ringsang ini dipenugi
dengan pogon rumbia segingga karena ini lag mungkin salag satu sebab sungai ini
sudag tidak ada lagi, dan disamping kiri jembatan yang dagulu menjadi kediaman
sebagian Keturunan dari Penggulu Muda Yuda Lalana, bangunan Perpustakaan dan
kediaman Kaum Mesjid sudag diratakan dengan tanag dan di jadikan areal parker
bagi para jemaag yang ingin melaksanakan ibadag dan juga parkiran para
penjiarag ke Mesjid ini.
tangga menuju langit-langit mesjid |
Meskipun telah mengalami
renovasi beberapa kali namun pada beberapabagian masih tetap dipertahankan sehingga
nuansa mesjid sebagai mesjid kuno masih kental terasa. hal ini Nampak terlihat
pada konstruksi atap berbentuk tumpang yang mengecil keatas dan pada puncaknya
terdapat semacam Mustika ,dan pada bagian dalambangunan masih terdapat tangga tinggi
menuju kelangit-langit bangunan yang pada dahulu sebelum dikenal pengeras suara
merupakan tempat Muadzin menyampaikan azan sebagai pertanda akan dimulainya
ibadah Shalat .