Kamis, 08 September 2011

Mengunjungi Bukit sion

panorama bukit sion

Jangan di artikan dari judul di atas bahwa kami benar – benar  mengunjungi Dataran tinggi disebelah barat yuresalaem yang kini disebut Bukit Sion itu. Bukit sion yang kami kunjungi ini adalah nama posyandu di Desa Panikin, Desa Panikin ini merupakan nama anak desa Mayanau di kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Balangan, ternyata untuk ke Tebing Tinggi tidak harus jauh – jauh ke Pulau Sumatera, di Kalimantan selatan juga ada.
Sejarahnya Dataran tinggi disebelah barat juresalaem yang  kini disebut Bukit Sion. Namun aslinya nama itu milik benteng Orang – orang Yebus. Setelah benteng itu di rebut oleh raja Daud, ia menamakannya kota Daud, sebagaimana tercatat dalam kitab ke II Samuel, daud berhasil merebut Benteng  Sion dan mendudukinya. Ia menamakannya Kota Daud. Makam Raja Daud terletak di Bukit Sion yang merupakan ayah dari Salomo. Kota itu di bangunnya di sekeliling benteng itu, mulai dari sebelah timur bukit ( 2 sam 5:9 ). Setelah tabut perjanjian di pindahkan ke bukit dimana kemudian di dirikan bait suci, bukit itulah mulai di sebut sion atau bukit Sion. Di jaman Herodes muncul keyakinan bahwa Daud mendirikan bagian barat kota yuresalem. Keyakinan itu di lestarikan dalam nama menara Daud. Setelah Jerusalem dihancurkan oleh Roma, umat Kristen mulai tinggal di bukit bagian barat, sekitar gereja senakel . maka bukit dimana terletak senakel di samakan dengan Bukit sion yang dikenal dalam alkitab. Sejak itu nama tersebut di pakai secara resmi. Namun Bukit sion yang dikenal dari perjanjian lama sesungguhnya tidak sama dengan bukit sion menurut umat Kristen.
Desa ini memang terpisah jauh kurang lebih 7 KM jaraknya dengan Desa induknya, Mayanau, untuk mencapai anak desa ini meski melewati desa simpang nadong kecamatan tebing tinggi, dari Puskesmas tebing tinggi, yang berada tepat di desa simpang nadong nomor 1 berjarak kurang lebih 4 KM, sebelum tahun 2010 untuk mencapai panikin meski melewati jalan – jalan tanjakan yang cukup menantang,jalan – jalan setapak mendaki yang licin dengan jalan berwarna kemerahan khas tanah pegunungan, kadang – kadang kita mesti melewati kubangan lumpur apabila mengunjunginya di saat musim penghujan. anak desa ini tepatnya memang berada diatas perbukitan.
jalan menuju desa panikin
Pada saat sekarang jalan – jalan setapak tersebut sudah tidak ada lagi, sejak awal tahun 2010 jalan jalan setapak yang biasa kami lewati dalam kegiatan Pusling dan posyandu ke panikin, Bukit Sion kami anggap di delete, sekarang jalan tersebut telah di perlebar, dengan lebar kurang lebih 1 meter, jalannya sudah di padatkan meski memang tidaklah sepadat jalan aspal hot mix,  dengan batu kali plus kerikil boleh lah kita katakan sebagai jalan……namun jangan dianggap tantangannya telah hilang, untuk mencapai bukit sion di panikin ini tetap di perlukan usaha ekstra hati – hati, terutama di musim penghujan, karena pada saat ini jalan – jalan di sana akan terasa lembek dan sedikit agak licin, tidak jarang pada saat kita mendaki dan menuruni jalan yang berbukit tak rata ini terdapat kubangan air.
Meski untuk mencapai panikin, bukit Sion sekarang ini bisa dengan menggunakan kendaraan roda 4, kami lebih senang menggunakan sepeda motor, rombongan biasanya terdiri dari 1 juru imunisasi, 1 Bidan, 1 Petugas Gizi, 1 perawat, dan 1 orang Dokter, dengan jumlah seperti ini kami menggunakan 3 atau 4 buah kendaraan, dan kami gunakan secara berboncengan.
Tidak ada perlengkapan khusus yang kami gunakan dalam kunjungan – kunjungan ini, semua serba standar saja, helm safety, dan yang jelas sepasang Boot karet……pusling dan posyandu ini pun kami selesaikan dalam 1 hari, bolak balik kepuskesmas + kegiatan paling selama 4 jam, namun dalam perjalanan singkat ini merupakan saat bagi kami memanjakan alam perasaan kami, udara sejuk khas pegunungan menjadi bagian kami,bebas polusi,……. padang ilalang yang menghijau, melewati perkebunan karet, back ground bukit bukit menghijau, kadang terpikir oleh ku sebegitu dekat kaki langit denganku, ingin rasanya mendekati gumpalan – gumpalan awan putih itu, berselancar di bukit – bukit yang hijau…..begitu sempurna tuhan mencipta.
gereja panikin
Panikin yang merupakan anak desa mayanau ini dihuni oleh kurang lebih 25 KK, warganya bersuku dayak, yaitu suku rumpun dayak bukit, namun berbeda dengan daerah yang di huni oleh suku dayak, daerah ini tidak terdapat balai adat sebagai tempat ritual keagamaan,sebagai gantinya disini terdapat gereja, para misionaris krisren telah datang sejak kurang lebih 20 tahun yang lalu, bangunan gereja Nampak sederhana, hanya di bangun dari kayu, itupun bukan dari kayu pilihan yang terbaik, dalam istilah orang banjar basusun sirih, bangunan ini di cat kapur warna putih yang sudah mulai memudar dan kusam…..atapnya dari seng, dari luar tidak tampak bahwa ini adalah bangunan gereja, bentuk bangunan gereja ini memang mirip dengan rumah – rumah warga lainnya, tidak ada papan plang……. namun pada saat kita melihat ke dalam ruangan barulah tahu bahwa ini adalah bangunan gereja. penghasilan para warga di sini adalah dari sector pertanian dan perkebunan, biasanya mereka menanami lereng – lereng gunung dengan pohon karet, padi yang biasa di kenal dengan manugal, sedang apabila menanam di dataran yang rata, tempat untuk menenam padi ini di sebut paradenan, beras hasil tugalan ini biasanya kami sebut beras gunung, beras ini terasa enak, sangat harum, dan pulen,…….. untuk mencukupi kebutuhan lauk pauk lainnya, masyarakat di sini juga menanam aneka sayur sayuran seperti bayam dan sawi, juga beternak terutama aneka unggas, kambing dan babi.
bagian dalam gereja
 Posyandu bukit sion berada di rumah bapak pendeta, persis di sebelah kanan bangunan gereja, di dekat rimbun pohon mangga yang menghijau ……… jangan berpikir bahwa posyandu ini selayaknya posyandu seperti yang di tulis di buku – buku teori, tidak ada meja, kegiatan posyandu sekaligus pusling ini semua serba lesehan, kesadaran masyarakat sudah baik akan pentingnya keposyandu.kegiatan berlangsung kurang lebih 2 jam 30 menit, tidak ada yang istemewa yang dapat ku tuliskan dalam kegiatan posyandu ini, semua berjalan dengan santai dan di selingi dengan senda gurau.
posyandu bukit sion, menunggu kader
Entah seperti apa suasana malam di tempat ini, beberapa bulan yang lewat saat kami mengunjungi panikin, ditempat ini belum terdapat penerangan dari pihak PLN, pada saat terakhir kami berkunjung kesini, kami melihat diatap atap rumah penduduk sudah terdapat panel Surya – surya cell yang akan mengubah sinar matahari menjadi energi listrik,panel surya – surya cell menghasilkan arus listrik searah DC yang tersimpan dalam aki yang akan menyalakan lampu LED ( Light Emitting Diode ), kabarnya lampu LED 3 Watt setara dengan lampu AC 15 watt. syukurlah listrik tenaga surya sudah menerangi desa, meski memang kemampuannya jelas terbatas.
Di panikin sudah ada Sekolah Dasar negeri, yaitu SDN Panikin, hanya saja para gurunya masih belum ada yang tinggal di desa ini, hampir semuanya pulang pergi untuk mengajar, bangunan sekolah ini berada diatas bukit, jenis bangunan adalah semi permanen
 Pulang dari kegiatan posyandu, kembali hamparan hijau bukit – bukit menjadi bagian kami, karena panikin berada di atas bukit, otomatis pulang kita tidak bakalan menemui jalan – jalan yang menanjak lagi, jalan – jalan akan cenderung menurun.kami pun mesti hati hati mengendarai kendaraan, saat menuruni bukit jalan jalan ini akan terasa lebih licin.....namun ada kepuasan terbersit......hari ini kami sudah melakukan sesuatu yang berarti.

salah satu peliharaan penduduk


Tidak ada komentar:

Posting Komentar