Iwak buntal bisa jadi adalah iwak piranha ne, inya kada
hahayaan maiguti kita sampai kulit takuyak….manginang to pang judulnya, mun
kaya ini kesahnya,buntal adalah binatang namg ganas lawan tamasuk hewan nang
macal (paman Ali Umar ; petugas cleaning service dan security Puskesmas Tebing
Tinggi Kab. Balangan)
Panorama Tebing Tinggi |
Daerah kecamatan Tebing Tinggi adalah sebuah daerah di
kabupaten balangan propinsi Kalimantan selatan yang rata-rata wilayahnya berada
di bantaran sungai, sebagai masyarakat yang mendiami bantaran sungai mereka
memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, mencuci dan juga sebagai tempat
membuang hajat, dan bahkan meski dengan sebuah kenyataan bahwa sungai di
gunakan sebagai tempat membuang hajat, sebagian kecil masyarakat masih ada yang
menggunakan air sungai ini sebagai air minum dan memasak, kenapa kutuliskan
sebagian karena disetiap beberapa rumah warga masyarakat mereka bergotong
royong membuat sumur untuk digunakan bersama-sama dengan memasang pipa untuk menyedot
dan mengalirkan air sumur ini kerumah masing-masing, dan bahkan sekarang ini
dengan masuknya program Pamsimas di kecamatan Tebing Tinggi semakin memberi
kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan air minum dengan qualitas yang
terjaga, aman dan bersih. Namun biasanya apabila memasuki musim kemarau, dimana
pada kondisi ini debet air di sumur-sumur warga ikut menipis dan bahkan ada
sebagian sumur warga yang mengering, maka warga dengan sendirinya masyarakat akan
kembali menggunakan air sungai dalam memenuhi banyak kebutuhan sehari-hari ini.
Kondisi sungai di kecamatan Tebing Tinggi ini memang
sangat jauh berbeda dengan kondisi sungai seperti yang sering kita lihat di
daerah perkotaan atau setidaknya dengan perbandingan sungai di kota kabupaten
Balangan, Paringin, yang airnya berwarna kecoklatan dan penuh dengan sampah,
sungai disini sangat jernih meskipun itu berada di musim kemarau, bahkan aku
pernah membandingkan warna air sungai ini dengan air minum kemasan hampir tak
ada bedanya, kalaupun air sungai ini suatu ketika akan berwarna kecoklatan,
kejadian ini tidaklah berlangsung lama, hal ini menurut abah ening, salah satu
warga desa sungsum kecamatan Tebing Tinggi yang rumahnya berseberangan dengan
Rumah Dinas Puskesmas Tebing Tinggi hal ini dikarenakan di hulu –hulu sungai
sedang terjadi hujan yang lebat, sehingga air hujan yang membahasahi tanah
mengalir ke bantaran sungai dan air sungai pun bercampur air lumpur di
pinggiran sungai dan memberi warna tanah yang kecoklatan pada air sungai. Namun
sebagai orang yang sebelumnya tidak pernah berdiam di kawasan sungai,
sungai-sungai di sini selalu nampak indah dan memberikan kesenangan tersendiri
untukku dan menjadikanku sering berlama-lama berada di pinggir sungai, sambil
berendam kaki atau sekedar duduk di bawah pohon jingah yang banyak tumbuh
seperti memagari sungai sungai ini sambil membaca sebuah buku, atau malah aku
hanya sekedar duduk saja tanpa tahu harus mengerjakan apa, namun dengan dengan
ketidak tahuan meski melakukan apa, aku bisa melihat semua aktivitas warga di
sekitar sungai, atau menjadi ajang bersilaturahmi dan bersosialisasi secara
langsung dengan masyarakat, namun kita juga harus berhati-hati dengan pohon
jingah ini, karena getah dari pohon jingah ini apabila tersentuh dengan kulit
dapat menyebabkan rasa yang sangat gatal dan kulit pun menjadi kemerah-merahan
karenanya, bahkan aku pernah merawat beberapa warga yang menderita gatal-gatal
karena getah pohon jingah padahal di tempat tersebut tidak terdapat pohon
jingah sama sekali, namun menurut keluarganya jauh di hulu-hulu sungai ada
orang yang sedang menebang pohon jingah ini, kemungkinan getah pohon jingah ini
jatuh ke air sungai pada saat orang menebang pohon jingah dan getah pohon
jingah ini jatuh ke sungai, ikut terbawa arus sungai ke muara atau hilir-hilir
sungai. Sekarang ini memang ada masyarakat yang menggunakan pohon jingah
sebagai bahan bangunan, apalagi menurut bapak Agus yang berdomisili di Desa
Sungsum dan sering di minta untuk mencarikan kayu sebagai bahan bangunan, pohon
jingah yang sudah tua apabila di jadikan sebagai bahan bangunan akan nampak
indah, hal ini di karenakan kayu jingah ini mempunyai urat-urat kayu yang indah
dan warna kayunya khas, merah cerah.
Kembali kepada sungai-sungai ini, lanskap sungai ini
bertabur dengan batu-batu kali berbagai ukuran yang bersembulan dideras aliran
sungai, dan bahkan batu-batu gunung berwarna putih sebesar pintu dan jendela
rumah ikut memendarkan diri, memperindah lanskap ini, perasaan gerah yang
kadang terasa sehabis bekerja semua menjadi lepas dengan sendirinya dengan
merendam diri di aliran sungai ini,merasakan pijatan air keseluruh tubuh,
benar-benar sebuah alat relaksasi alami dan gratisan pula. namun sekarang ini ada
perasaan yang takut yang menjadikanku berpikir berkali-kali untuk merendamkan
diri. Karena meskipun keindahan ini menawan perasaanku, perasaan takut ku juga
lumayan besar, karena disungai ini juga menjadi tempat hunian ikan buntal yang
karena kejernihan airnya kita bisa melihat dari pinggir sungai ikan-ikan buntal
ini berenang dengan bebasnya.
ikan buntal atau ikan Fugu air tawar |
Ikan buntal memang ikan yang bisa ditemukan di air
laut dan air tawar, ikan buntal adalah jenis ikan yang mempunyai gigi yang
tajam, yang karena mungkin merasa lapar atau mungkin karena terusik oleh kita
bisa menggigit dan di jamin akan meninggalkan luka yang cukup menjadikan
seseorang meski berdarah-darah karena sebagian daging kita akan hilang di
gigitnya, meskipun sampai sekarang belum pernah aku menemukan orang yang
meninggal karena gigitan buntal atau mungkin menjadikan orang menjadi
kekurangan darah karena gigitan buntal sehingga mengharuskan orang mendapatkan
transfusi darah. Sejujurnya pula hanya selama berada di kecamatan Tebing Tinggi
aku pernah melihat ikan buntal ini, kejadiannya pun dikarenakan ketidak
sengajaan pula, kejadiannya bermula ketika Adik dan keponakanku liburan ke
tempat kami, karena terpikat dengan keindahannya sungai-sungai ini, jadwal
liburan ini dimasukkan juga dengan kegiatan mandi dan berenang di sungai.
Berkali-kali pula sebenarnya aku di peringatkan agar berhati-hati karena
mungkin di tempat kami biasa berendam santai yang tepat berada di belakang
Rumah Dinas yang kami tempati ada ikan buntalnya, namun aku selalu tak pernah
sampai bertemu dengan ikan buntal ini, namun karena kejadian banjir yang biasanya
terjadi setahun sekali sehingga sebagian pinggiran sungai mengalami erosi, dan
bentuk pinggiran sungai pun menjadi berubah-ubah, sebagian batu-batu kali akan
ikut terbawa arus deras, dan selama 3 tahun ini aku berada di sini pun aku
meski melihat perubahan lanskap sungai sebanyak 3 kali karena kejadian banjir
ini. Karena tidak ada pengalaman sama sekali tentang dunia perbuntalan aku
dengan penuh percaya diri menceburkan diri ke dalam sungai, beraneka teknik
renang amatiran yang ku kuasai, ku coba praktekkan, hinggga kejadian itu
terjadilah pula, aku merasa ujung ibu jari kakiku serasa perih serasa teriris,
kejadiannya pun tak lama, hanya dalam hitungan detik saja, secara reflex aku
pun menggepakkan kakiku dan berenang ke pinggir sungai dengan sedikit meringis
karena merasa perih….semua pun pada teriak seperti Koor ‘hati-hati Buntal!!’. Namun
apa boleh buat, ibu jariku sudah mengalirkan darah segar, dengan kejadian ini, demikian
pula seketika acara berenangnya berakhir sampai disitu, sekejap pula semua berkemas
dan pulang kerumah, dirumah kupasang Perban tekan untuk menutupi luka dan
berharap perdarahan ini dapat berhenti dengan cepat, namun luka ini agak lambat
berhenti perdarahannya, perlu sampai 5 kali ganti perban baru perdarahan ini
bisa berhenti,itupan kalau luka ini tersentuh dengan sesuatu akan kembali
terjadi rembesan perdarahan dan pada saat ku perhatikan bentuk luka ini meski
tidak terlalu besar hanya berukuran ± 3x3 cm termasuk luka terbuka karena
terjadi hubungan antara luka dengan dunia luar, kombinasi antara luka gigit,
luka sayat dan karena sebagian bagian kulit hilang kumasukkan juga luka potong,
tepi lukanya tajam dan licin, dan mungkin karena sebagian jaringan kulit ikut
terpotong, kaviler pembuluh darah di ujung ibu jariku ikut-ikutan putus
sehingga terus-terusan berdarah, kakak senior ku di Puskesmas, Kak Adi, menyarankan
agar lukanya di perlebar aja supaya pinggiran luka dapat dipertemukan dan
dilakukan penjahitan luka lapis demi lapis, namun karena keyakinanku perdarahan
ini hanyalah perdarahan dari kaviler dengan menggunakan perband tekan pasti
akan menghentikan perdarahan dengan sendirinya.
buntalnya stress berat |
Dari kejadian ini aku jadi penasaran dan terbersit
keinginan untuk melihat secara langsung seperti apa rupa ikan buntal ini,
menurut teman-temanku disungsum biasanya ikan buntal kalau menggigit baru
melepaskan gigitannya apabila sudah putus apa yang di gigitnya, sehingga
biasanya dengan sedikit menahan nyeri kita dapat membawa ikan buntal keluar
dari air selama kita menahan agar kulit yang di gigitnya tidak sampai putus,
namun karena aku bukanlah termasuk orang dengan kulit qualitas badak, kulitku yang digigit buntal ini hanya dalam hitungan
detik sudah sukses putus tergigit. Anak-anak yang biasa memancing di sungai
menceritakan kadang mata pancing mereka kadang bisa juga nyangkut di mulut ikan
buntal, kadang bisa selamat sampai kedarat namun lebih sering karena ketajaman
gigi buntal benang nilonnya putus kena gigitnya. Namun berbekal hasrat yang
besar bahwa suatu saat aku akan bisa melihat si ikan buntal, segala cara
kulakukan agar ada kesempatan bertatap muka langsung dengan ikan buntal ini,
karena masyarakat disini kalau pun ada mendapat ikan buntal akan langsung
dibuang dan langsung diwapatkan begitu saja tanpa mesti lapor kantor Polisi,
namun dengan kegigihan rasa keingin tahuanku dengan sendirinya kesempatan itu
datang juga tanpa di duga-duga, temanku abang Harni warga desa sungsum yang
biasa di mintai bantuan membawa mobil Ambulance Puskesmas apabila ada
kasus-kasus tertentu yang tidak mungkin tertangani di pukesmas, membawakan ikan
buntal hidup yang ikut-ikutan nyasar ke jaring ikannya, dan ikan buntal ini
pasti stress berat karena harus di bawa ke rumahku sehingga ia sampai
menggelembungkan tubuhnya. Ikan buntal memang ikan yang gampang stress,
biasanya apabila ia merasa terancam ia akan menggelembungkan badannya, sampai
benar-benar seperti bola saja layaknya.
Dari literature yang tersebar bebas diinternet di
katakana bahwa sebenarnya ikan buntal atau dikenal juga ikan fugu ini tidak
hanya ada di air tawar tapi juga di lautan sana. Ikan buntal ini maksimalnya
hanya dapat mencapai 4,5 cm saja. Buntal mungil ini memiliki bentuk bulat
lonjong dengan mata yang berwarna merah serta ekor yang berwarna kemerahan.
Tubuhnya berwarna belang hijau muda dan coklat kehijauan dengan sedikit nuansa
warna kemerahan. Terkadang corak tubuhnya tersebut tidak beraturan sehingga
warna belang hijau-coklatnya tidak tampak. Bagian perutnya memiliki warna
putih, membuat warna pada tubuhnya tampak menjadi kontras. Apabila diraba pada saat ia tidak stress kulitnya
terasa licin dan sedikit berlendir seperti katak, dan berbau sangat amis, namun
apabila ia diangkat keluar dari air, ia menjadi stress dan menggelembungkan
tubuhnya, maka pada saat ini kulitnya akan terasa sangat kasar, sisik-sisik
kecilnya dapat teraba dan menjadi kasat, ikan buntal ternyata juga mengandung
racun yang sangat mematikan di organ hatinya, racun tersebut adalah jenis
TTX atau Tetrodoksin, kandungan racun ini konon beberapa kali lipat lebih
banyak dibandingkan dengan Potasium
sehingga dapat membunuh manusia hanya dalam hitungan menit. Di jepang ikan buntal masuk dalam kategori ikan
mahal, harganya mencapai Rp. 2.000.000,- an per kilonya. Beberapa
orang yang pernah memakan ikan ini mengatakan bahwa rasa ikan fugu atau buntal itu seperti
perpaduan rasa gurih, asin, dan agak manis. Pokonya susah diterangkan kalu anda
tak memakanya sendiri, untuk
memasaknya pun tidak bisa sembarang orang, koki tersebut harus mendapat
sertivikat koki ikan fugu atau ikan buntal jepang, namun kabarnya di jepang ada
juga orang atau sebagian orang yang tidak boleh mencicipi masakan dari ikan
buntal ini, yaitu kaisar dan keluarga kaisar jepang.
Dengan melihat kejadian yang menimpaku ini ikan buntal
dapat di katakana ikan yang agresif dan ganas, namun ikan buntal yang diberikan
oleh temanku itu ternyata tak tampak agresif dan ganas saat di masukkan ke
dalam ember, mungkin hal ini di karenakan ikan buntalnya ada perasaan malu
dengan rumah barunya di dalam ember, atau mungkin air yang ku berikan terlalu
sedikit, entah lah…..namun menurut abah ilai ikan ini menjadi agresif pada saat
ia sedang bertelur, atau kita mengganggu kehidupanya di sungai, dalam hal ini
abah ilai memberikan contoh tindakan yang dapat mengusik ikan buntal yaitu dengan
mencelupkan kayu yang di bakar dan masih menyala, atau mengandung bara kedalam
air dengan tujuan memadamkan apinya, atau bisa juga kalau kita menepuk-nepuk
atau memukul permukaan air dengan keras menggunakan tangan atau menggunakan kain
atau pakaian kita pada saat mencuci disungai pada tempat yang ada hidup ikan
buntalnya. pada kesempatan tersebut abah ilai juga memberikan tips agar kita
tidak sampai di gigit buntal di sungai-sungai di kecamatan tebing tinggi ini,
diantaranya adalah dengan melihat dari permukaan air ada tidaknya ikan buntal,
sungai-sungai disini memang sangat jernih sehingga dari permukaan air kita
dapat dengan jelas melihat dasar sungainya, kemudian jangan lah mandi di air
yang alirannya tenang, karena menurut abah ilai disinilah habitat yang paling
disenangi oleh ikan buntal ini, yang paling aman kita harus mandi di tempat
dengan aliran sungai yang deras karena disini pastilah tidak ada ikan buntalnya.
Semoga saja kejadian yang bersumber dari ikan buntal
ini tidak akan terjadi lagi, meskipun sampai sekarang masih ada terdengar
kejadian-kejadian orang yang di gigit oleh ikan buntal, dan kemudian kalaupun ada
yang mengabarkan tentang kenikmatan ikan buntal, sebaik nya kita pikir-pikir
dulu untuk menjadikan ikan buntal sebagai santapan di meja makan kita, anggap
saja kita ini adalah para keturunan kaisar jepang, atau malah mungkin sebagai
kaisar jepang itu sendiri yang tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsinya,sebagai
pantangan makanan seorang kaisar, apalagi di Negara kita Indonesia ini pengawasan
tentang tata cara pengolahan ikan buntal
atau fugu ini masih belum seketat jepang, Hal ini
dibuktikan dengan masih adanya
laporan kasus kematian yang disebabkan karena
ikan buntal.[]