Penulis dengan Inai :siswa berprestasi dari Dayak Pitap |
Siklus hidup Manusia
Masyarakat dayak pitap dalam kepercayaannya meyakini akan adanya kehidupan abadi setelah kehidupan ini,mereka meyakini orang yang telah meninggal maka arwahnya akan menuju alam Pidara atau Kumbawa yang disebut balai bante pidara atau balai ratu kumbawa atau balai batandakan, yaitu tempat berkumpulnya arwah.
Siklus hidup masyarakat Dayak pitap nampak tergambar dalam berbagai upacara-upacara yang mereka laksanakan dalam kehidupan sehari – hari diantaranya adalah :
1. Upacara kelahiran
Upacara kelahiran ini disebut upacara bapalas bidan, upacara ini dilaksanakan minimal 3 hari setelah si bayi lahir, atau paling lama 1 minggu setelah bayi lahir. Pemimpin upacara ini adalah seorang balian, yang intinya adalah mendoakan si anak agar menjadi anak yang baik dan sehat, serta supaya sang ibu sehat. Dan juga sekaligus memberikan nama kepada si bayi baru lahir yang I berikan oleh orang tuanya.
2. Upacara perkawinan
Dalam adat dayak pitap, perkawinan dapat di lakukan dengan sesame suku dayak pitap maupun dengan orang di luar suku dayak pitap, menurut bapak Rahmadi (42 tahun) mantan kepala adat desa dayak pitap priode 2000-2005 dan sekarang menjabat sebagai sekretaris desa dayak pitap ada serangkaian proses yang harus dilalui menjelang perkawinan maupun saat hari perkawinan yaitu :
- Burung Muntung, yaitu pembicaraan atara kedua calon mempelai, pada acara tersebut pihak laki-laki membawa uang 6 real atau Rp. 12.000,-, satu bungkus Rokok dan korek api. Bila dalam masa 3 hari tidak ada tanda keberatan dari pihak mempelai wanita berarti hubungan bisa dilanjutkan dengan tahap selanjutnya.
- Baparakan atau badatang, yaitu pihak laki-laki datang ke pihak perempuan untuk melamar secara resmi, pada kesempatan ini pihak lelaki membawa uang tetali berupa sekeping uang logam kono yang dibungkus sapu tangan.
- Bagurau atau basaruan, yaitu semacam undangan pihak lelaki kepihak perempuan dan sebaliknya, sekaligus penentuan jujuran (uang mahar), tempat dan waktu dan tempat pelaksanaan resepsi perkawinan.
- Pelaksanaan pengantin, biasanya di laksaakan dirumah atau balai adat pihak perempuan. Diawali dengan basangai (mendudukkan kedua pengantin berdampingan/ batatai), pengesahan sebagai suami isteri (semacam ijab qobul) yang dilakukan penghulu adat. Setelah itu dilakuakan ritual bapayak yaitu balian membacakan doa untuk kedua mempelai, selanjutnya menyerahkan piduduk ( saserahan yang berisi beras, minyak goring, gula, telur dan uang) kepada penghulu adat.
- Bulik undang, yaitu saat dimana pihak perempuan di bawa ke rumah pihak laki-laki untuk di kenalkan dengan kerabat pihak laki-laki.
3. Upacara yang berkaitan dengan perladangan.
Istilahnya adalah upacara bahuma, kegiatan bahuma ini semua tidak lepas dari semua upacara adat sampai dengan masa panen telah tiba. Setelah panen dan padi telah masuk lumbung diadakan aruh bawanang atau pesta mahanyari baras, upacara ini dilaksanakan secara berkelompok, selama 3 hari 3 malam dengan memotong hewan persmbahan berupa ayam dan kambing.setelah upacara aruh bawanang selesai baru boleh padi ini di konsumsi, bila upacara dilaksanakan 4 hari 4 malam dengan memotong hewan persembahan berupa kerbau disebut aruh baharin.
4. Upacara pengobatan
Upacara pengobatan atau penyembuhan penyakit bagi masyarakat dayak pitap adalah bahayaga, pelaksana upacara ini adalah balian, mungkin karena dilaksanakan oleh balian maka orang diluar dayak pitap menyebutnya babalian, menurut bapak Rosan (47 tahun), bahyaga ini bertujuan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh roh-roh jahat atau kepohonan, selain balian dalam bahayaga ini juga masih ada yang terlibat dalam upacara ini sebagai pembantu balian yaitu Patati (penjawab pertanyaan balian), panggandang (penabuh gendang), pengagung(penabuh gong) dan pangalipat (penabuh Kalimpat),menurut bapak Rahmadi lagi dalam bahayaga ini dalam upacara pengobatan ritualnya panjang karena harus mencari sebab si sakit secara mendetail mulai dari rumah sampai keluar rumah dan bahkan sampai kelingkungan yang luas, sedang pengobatan yang singkat ritualnya adalah baalin yang akan penulis ulas dalam tulisan ini.
5. Upacara kematian
Dalam upacara kematian diawali dengan upacara penguburan yang disebut turun tanah, menurut bapak Misnadi (25 tahun), pengajar di SDN Ajung, dayak pitap, apabila ada yang meninggal akan di bunyikan gong sebagai pertanda bahwa ada warga mereka yang meninggal, mayat akan di mandikan sampai bersih kemudian di beri pakaian terbaiknya dan di masukkan ke dalam peti mati yang telah dibersihkan, para warga bersama akan memberikan sangu kepada si mayat atau pula titipan kepada anggota keluarga yang telah lebih dulu meninggal (Permohonan maaf penulis haturkan apabila tulisan ini salah, karena data ini kami dapatkan secara tidak sengaja dalam pembicaraan sambil lalu), bapak gurat (47 Tahun), penghulu adat dayak pitap menjelaskan agong (gong) di bunyikan juga sepanjang jalan dari rumah duka menuju tanah pekuburan, setelah penguburan dilakuakn upacara batagas atau badarah hidup yaitu pembersihan rumah dan tapung tawar untuk membersihkan orang yang mengantar jenazah ke kubur supaya tidak di ganggu oleh roh-roh jahat.setelah itu dilaksanakan upacara pada hari ke-3 (Maniga hari), hari ke-7 (manujuh hari), hari ke-25( Manyalawi), hari ke-40(Mamatang Puluh) dan hari ke-100(Manyaratus), setelah itu, setiap tahun dilaksanakan upacara maantar tahun pada tahun pertama sampai ketiga yang dilakukan setiap panen sebelum padi di makan keluarga yang hidup.bagi keluarga yang mampu setelah manyaratus bisa dilakukam upacara mambatur yaitu memasang batu nisan dan kandang makam secara permanen, tetapi upacara mambatur tidak diwajibkan, hanya bagi mereka yang mempunyai nazar atau mereka yang benar-benar mampu. Menurut bapak Syahruni (44 tahun) kepala adat Dayak Pitap, pada jaman dahulu, orang yang meninggal tidak dikuburkan dalam tanah, tetapi di layah, yaitu diletakkan dalam sebuah pondok kecil di dalam hutan. Konon pada masa tersebut, ada seorang warga dayak pitap yang meninggal kemudian dilayah, setelah 3 hari di layah mayat tersebut hidup kembali dan berpesan supaya dirinya tidak di layah, tetapi dikubur dalam tanah. Situs kubur dilayah dalam pondok terdapat di gunung Riam Tiangin, di hulu sungai pitap kearah kota baru, konon kubur tersebut telah ditinggalkan sejak 5 generasi dari sekarang.
Dalam beberapa upacara yang dilaksanakan oleh warga dayak pitap ini, kiranya apabila kita tarik garis merah kesemuanya akan bermuara kepada hubungan manusia dengan sesama, alam dan sang pencipta. Dan juga apabila kita rangkaikan segala upacara yang dilaksanakan dalam masyarakat dayak semua menceritakan tentang siklus kehidupan manusia, lahir,mencari rezeki dan bertahan hidup, sakit sembuh dan pada akhirnya kita semua pastilah akan kembali ke khadiratnya, wapat…mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar