Jumat, 26 Oktober 2012

Upacara Penyembuhan Penyakit : Baalin di Desa Ajung Dayak Pitap



cakur atau kencur
Bapak Gurat
SebagaipetugasKesehatan di PuskesmasTebing Tinggi, aku merasater hormat dapat berkenalandengansaudara-saudaradarisukudayakpitap, Dayak Pitap merupakan sebutan bagi kelompok masyarakat yang terikat secara keturunan dan aturan adat, mendiami kawasan disekitar hulu-hulu sungai Pitap dan anak sungai lainnya di kecamatanTebing Tinggi, KabupatenBalangan, propinsi Kalimantan selatan.warga Dayak pitap Sekarang ini tersebar dalam 4 desa di kecamatan Tebing Tinggi, yang secara langsung juga merupakan wilayah kerja Puskesmas Tebing Tinggi, yaitu Desa Dayak Pitap (Dusun Iyam, Dusun Kambiyaen), Desa Ajung ( Dusun Ajung dan Dusun Nanai),Desa Langkap (Dusun Langkap, Dusun Aniyan, DusunRaranum, Dusun Kaitan dan Dusun Maiwa) dan Desa Mayanau (Dusun Japan,Dusun Panikin dan Dusun Hungil).
Dan sebagai petugas kesehatan ada sisi menarik yang aku temui disana, yang tentunya berhubungan dengan tradisi masyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan, menurut Bapak Rahmadi (sekdes desa dayak Pitap dan Kepala Adat Dayak Pitap Priode 2000-2005) dalam mengatasi permasalahan kesehatannya, masyarakat Dayak Pitap mengenalnya sebagai bahayaga dan Baalin. Bahayaga merupakan Ritual penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh roh-roh jahat atau kepohonan, pelaksana ritual bahayaga ini adalah balian.mungkin karena dilaksanakan oleh balian maka orang diluar dayak pitap menyebutnya babalian, selain balian dalam bahayaga ini juga masih ada yang terlibat dalam upacara ini sebagai pembantu balian yaitu Patati (penjawab pertanyaan balian), panggandang (penabuhgendang), pengagung(penabuh gong) dan pangalipat (penabuh Kalimpat). Dalam bahayaga ini ritualnya panjang karena harus mencari sebab sisakit secara mendetail mulai dari rumah sampai keluar rumah dan bahkan sampai kelingkungan yang luas, sedang pengobatan yang singkat ritualnya adalah baalin, Baalin ini menurut Bapak Rusan (Ketua RT.1 Ds. Ajung) dikenal juga sebagai Baahap, namun para generasi mudanya lebih mengenalnya sebagai Bakucup atau Basambur.dalam baalin yang terlibat dalam ritual hanya 2 orang yaitu Balian sebagai pemberi pertolongan, yang dinamakan balianduduk dan orang yang sakit atau orang yang akan di tambai atau iyahantar.
Menurut Bapak Gurat (Balian dan Penghulu Desa Ajung) baalin adalah ritual mengambilsuatu benda atau materi-materi yang ada di dalam tubuh dengan cara di kucup (Kecup atau diisap) akibat kepuhunan yang mengakibatkan seseorang menjadi sakit. Benda atau materi-materi yang diambil tersebut dapat berupa kerikil, serpih kayu atau serpih bambu. Pelaksanaan upacara baalin tidak terikat waktu, dapat dilaksanakan kapan saja baik siang maupun malam hari. Upacara baalin dapat langsung dilaksanakan ketika pasien dan balian bertemu, baik pasien yang mendatangi balian maupun sebaliknya. Sebelum upacara baalin dilaksanakan, terlebih dahulu disiapkan perlengkapan yang diperlukan agar upacara baalin tersebut berjalan dengan baik, perlengkapan yang disiapkan terbagi menjadi dua, yaitu perlengkapan yang digunakan balian dan perlengkapan yang digunakan oleh pasien. Perlengkapan yang digunakan balian dalam proses upacara baalin adalah cakur (kencur), daun jariangau, kembang bau (kembang yang mengeluarkan bau kurang Sedap), kembang habang (Bunga berwarna merah) dan kapur.Cakur (kencur) dan daun jariangau berfungsi untuk :
1.    Penghubung antara balian dengan roh leluhur.
2.    Pahalat atau pembatas antara balian dengan passien yang sakit, tujuannya agar Balian tidak sampai tertular penyakit yang di derita pasiennya.
3.    Pengusir setan atau roh jahat.
Sedangkan perlengkapan yang di bawa urang nang garing (pasien) adalah Piduduk. Piduduk merupakan sesajen yang terdiri dari baras lakatan (beras ketan), nyiur (kelapa), gula habang (gula merah) dan Hintalu (telur) ayam kampung yang diserahkan kepada balian sebagai hadiah. Dan kalaupun dalam piduduk ini ditambahkan barang barang lainnya, ini hanyalah tambahan saja sebagai ucapan terima kasih atau sbagai jasa kepada balian.
Apabila perlengkapan ritual yang terdiri dari daun jariangau, kencur, kapur, kembang habang dan kambang bautelah tersedia maka balian akan mengenakan perlengkapan balian yaitu Laung (ikat kepala kain) dan kancut atau pampai yaitu celana hitam yang diikat kakamban (Kemben) di pinggang, selanjutnya balian akan memasang pahalat agar balian tidak sampai tertular penyakit yang diderita pasien, pahalat tersebut adalah tanda cacak burungyang ditulis kan di badan balian menggunakan kapur dan janar(kunyit) di punggung tangan kiri dan kanan, punggung kaki kiri dankanandan tepat di ulu hati balian, dan mengunyah kancur, selanjutnya balian akan merapal mantra pahalat( Pembatas). Cacak burung adalah tanda magis penolak bala yang berbentuk tanda + (positif) yang dikenal dalam budaya tradisional suku Banjar, suku Dayak Bukit dan suku Dayak Dusun Deyah di Kalimantan Selatan. Pada suku Dayak yang menganut Kaharingan disebut palang basalangar. Pada awal pelaksanaan balian akan menemui pasien dan menanyakan keluhan yang dirasakan penderita, kemudian setelah balian mengetahui keluhan yang disampaikan, balian selanjutnya mengambil daun jariangau membaca mantra dengan tujuan membuka tirai kasat mata ditubuh pasien sehingga akan mudah melakukan deteksi penyakit dan mempermudah dalam pengobatan yang dalam hal ini adalah mengambil benda atau materi materi yang ada benda di dalam tubuh pasien, menurut balian benda atau materi yang diambil tersebut dapat berupa batu kerikil, banih(padi), serpih paring(bambu) atau kayu ulin.
Setelah ritual pembukaan tirai tubuh pasien dilakukanlah pendeteksian penyakit dengan menggunakan kambang habang dan kambang bau yang dipegang oleh balian dandiarahkan keseluruh tubuh pasien, kegiatan ini dilaksanakan beberapa waktu sampai ditemukan tanda penyakit kepuhunan yang menurut balian di tandai dengan adanya embun pada kambang habang dan kambang bau pada area tubuh penderita yang pada akhir pelaksaan upacara akan dilakukan pengucupan atau basambur atau baalin di area tersebut walaupun menurut pasien bukan disana letak terasa sakit atau perasaan tidak enak yang dirasakan penderita. Selama pelaksanaan pendeteksian ini balian terus membaca mantra yang hanya diketahui oleh balian. Namun apabila dalam pendeteksian penyakit ini tidak ditemuakan adanya pertanda embun pada kambang habang dan bau ini, maka balian akan mengatakan bahwa penyakit ini bukanlah penyakit kepuhunan dan balian akan menyarankan kepada pasien untuk memeriksakan diri kepada pelayanan kesehatan.
Setelah pendeteksian penyakit, selanjutnya masuk kedalam acara inti upacara baalin yaitu melakukan pengucupan atau basambur atau baalin untuk mengambil benda atau meteri materi didalam tubuh pasien, benda atau materi yang ditemukan oleh balian akan di tempatkan ke sembarang wadah yang oleh balian diserahkan kepada penderita atau keluarga yang mendampingi pasien selama upacara pengobatan, oleh balian benda atau materi yang ditemukan ini disarankan kepada keluarga yang mendampingi atau balian yang melaksanakan untuk di larung ke sungai yang mengalir derasatautempatsesuaidengananjuranbalian.
Setelah baalindilaksanakanpenderita diwajibkan melaksanakan larangan larangan atau pantangan yang disampaikan oleh balian, hal ini wajib dilaksanakan karena apabila penderita melanggarnya maka tidak akan terjadi penyembuhan penyakit penderita.
Pantangan –pantangan tersebut adalah :
1.    Sejak selesai baalin penderita tidak boleh keluar rumah sampai dengan keesokan pagi harinya yaitu sekitar pukul 9 pagi dan penderita tidak boleh menerima tamu.
2.    Tidak boleh memetik daun atau pun tumbuhan yang masih hidup
3.    Tidak boleh kena air atau mandi
4.    Tidak boleh memegang wasi dalam hal ini adalah benda-benda tajam bahkan jarum jahit sekalipun
5.    Tidak boleh mengkonsumsi minuman yang dingin
6.    Tidak bekerja sampai sampai penderita dianggap sembuh.
Demikianlah prosesi Baalin yang dilaksanakan oleh suku dayak pitap, sebuah ritual yang di yakini oleh masyarakat dayak pitap telah ada semenjak bumi ini tercipta dan semenjak dayak pitap itu ada, dan mereka pun meyakini bahwa tidak satu pun yang dapat menyembuhkan segala penyakit di dunia ini, yang dapat menyembuhkan adalah sang Maha Pencipta, manusia hanya mampu berusahanamun pada akhirnya Tuhan jua yang menentukan segalanya. Dan pada akhirnya tulisan ini ku persembahkan kepada teman-teman dan saudara-saudaraku dari pitap, orang-orang yang penuh dengan keramahan, santun dan gagah perkasa.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar