Senin, 12 Agustus 2013

APAM HARI RAYA


Tulisan ini masih ada hubungannya dengan Lebaran kemaren di Barabai, namun ini lebih tepatnya adalah cerita tentang belebaran di Banua,  kampungku di Desa Banua Budi Kecamatan Barabai, Hulu Sungai Tengah. Tepatnya, kurang lebih 4 KM dari Kota Kabupaten. 

Nah setiap kali lebaran ada beberapa penganan yang menjadi wajib ada di sini. Bagaimana tidak, karena setiap kali mendekati lebaran Mama di rumah selalu sibuk menyiapkan pengananan ini.

ya….penganan ini adalah Apam. kue basah berwarna kuning atau putih yang terbuat dari tepung beras, santan gula merah/putih, tape singkong dan Ragi. 

Kota barabai memang dikenal sebagai kota apam namun kalau apam hari raya demikian orang menyebutnya di Banua berukuran lebih besar dan lebih tebal, 1 buah apam seukuran dengan piring makan, sedang apam barabai yang biasa kita jumpai selain hari raya berukuran kecil dan tipis.

Apam hari raya seingatku selalu ada semenjak aku kecil dulu. Bahkan Mama mengatakan bahwa, ia mendapatkan resep membuat apam hari raya ini dari nenek, dan nenek pun menurut mama mendapatkan resepnya dari neneknya nenek. 

Namun menurut mama lagi tidak ada resep rahasia dalam membuat apam hari raya ini, karena mulai dari Banua Binjai sampai ke Kambat sana merayakan hari raya dengan membuat kue apam, hanya tinggal mau mengerjakannya atau tidak. 

Dalam resep pembuatannya mama menjelaskan bahwa bahan dasar apam yang terbaik adalah tepung beras IR42 karena beras ini termasuk beras Karau, kalau menggunakan beras lambik nanti tidak mau mapau(mengembang), tepung beras ini kemudian di campurkan dengan air hangat, santan, tape singkong, ragi dan gula, pungsi gula disini selain untuk member rasa manis menurut mama juga akan member warna terhadap apam, apabila menginginkan apam dengan warna kuning kemerahan menggunakan gula aren sedangkan apabila menginginkan warna putih gula yang di gunakan adalah gula pasir. 

selanjutnya adonan ini di ratakan,dibanting-banting dan dibiarkan selama 1 malam, apabila adonan sudah mapau yang ditandai dengan adonan nampak berbusa dan mengembang, maka adonan siap di Kukus dalam tuangan,tinggal tunggu matang, sudah jadilah apam.

Dan kue apam ini biasanya akan di bagikan kepada tetangga-tetangga, namun karena setiap rumah di banua rata-rata juga membuat kue apam, jadilah kegiatan barter apam pada akhirnya. Namun bagi teman-teman yang mungkin ingin merasakan apam hari raya ini namun kebetulan tidak sedang hari lebaran atau hari raya kami pernah menemukan penjual yang khusus menjual apam seperti apam hari raya ini yaitu disekitar desa pajukungan yang berjarak ± 3 KM dari kota barabai arah Banjarmasin dengan harga Rp. 5.000,-/buah, sedangkan apabila kita menginginkan apam yang kecil dan tipis yang enak, penulis merekomendasikan membelinya di muara bulau ditempat abang ikin dan abang Yazid tapi kita harus datang langsung kerumahnya dan membelinyapun meski pagi-pagi karena kalau agak siangan dikit pasti sudah keburu habis

Minggu, 04 Agustus 2013

LAMPU SALIKUR YANG MULAI TERLUPAKAN


Masyarakat suku banjar adalah suku mayoritas yang mendiami provinsi Kalimantan selatan. 

Suku ini sangat  identik sebagai pemeluk agama Islam. Sehingga apabila telah masuk bulan ramadhan atau bulan puasa pasti akan disambut dengan suka cita. 

Ada saja kegiatan yang tidak kita otemui di bulan-bulan lainnya yang hanya ditemukan di bulan ini, memang bulan ramdhan adalah bulan yang penuh dengan keistimewaan, ketikkan kata ‘keistimewaan bulan ramadhan’ di google,begitu banyak informasi yang dikabarkan tentang keistemewaan bulan ini.

Di daerah asalku di Barabai, tepatnya di Desa Banua Budi Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, ada kebiasaan menyalakan Lampu Culuk apabila bulan Ramadhan memasuki hari ke 20 di depan rumahnya,jadi penyalaan lampu culuk ini juga dapat di jadikan sebagai penanda bahwa Bulan ramadhan keesokan harinya memasuki hari ke 21. 

Angka 21 Ramadhan memang mempunyai arti yang istimewa karena pada dahulu merupakan saat di turunkannya Al Qur’an Kepada Nabi Muhammad SAW.

menurut Mama sebenarnya kebiasaan menyalakan lampu culuk ini tidak hanya di Banua Budi,tapi di semua Desa di Hulu Sungai Tengah, lampu culuk ini karena dinyalakan setiap ramadhan sejak harike 20 malam ke 21 lebih dikenal sebagai lampu salikur.

Lampu salikur adalah lampu yang terbuat dari batang paring atau bamboo diberi lobang untuk menempatkan sumbu lampu dan untuk memasukkan minyak tanah sebagai bahan bakarnya.

Namun sekarang ini,seiring dengan sudah sekian lamanya masuknya penerangan PLN, lampu salikur semakin sulit dijumpai, dan bahkan untuk tahun ini saja di Banua Budi Penulis hanya menemukan 4 buah rumah yang memasang lampu salikur.

Pada akhirnya lampu salikur yang pada awalnya merupakan sarana penerangan di jalanan dan juga sebagai penanda memasuki hari 21 bulan Ramadhan pun mulai terlupakan, dan sebelum benar-benar terlupakan izinkan penulis mengucapkan : ‘SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA DAN SELAMAT MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI, MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN’