26 oktober 2012 secara kebetulan bertepatan dengan Lebaran
Idul Adha 1433 H, seperti biasa pilihan barabai selalu menjadi tempat untuk
merayakannya, 1 rumah kami turun gunung, setidaknya selamat tinggal dulu
kampung Sungsum kecamatan Tebing Tinggi, ngumpul lagi dengan keluarga di
Barabai adalah acara rutin bagi kami setiap tahunnya, maklum semua pada ngga
ada yang tinggal menetap di kampung halaman, meskipun jarak dari Desa sungsum
RT. III kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Balangan yang di katakan oleh teman
dan keluargaku sebagai daerah gunung hanya sekitar 50 KM dari Kota Barabai,
namun di karenakan kesibukan keseharian dunia kerja dan kebetulan pula isteri
dan anak di boyong jadi kadang tidak bisa setiap saat ada di barabai, demikian
pula kiranya keluarga yang lain jadi saat lebaran ini lah saat seluruh keluarga
dapat berkumpul lengkap.
Rencana awal tidaklah berlama-lama, setelah 1 hari di
barabai mau mendaki gunung lagi, balik ke kampung Sungsum, kembali kerutinitas
kerja di Puskesmas Tebing Tinggi, namun seperti biasa, kita hanya mampu
berencana Tuhan jua yang menentukan, karena tidak tahan dengan makanan yang
manis-manis dan aneka penyedap masakan selama lebaran, aku kena tonsillitis,
badanku demam, tenggorokan kering dan nyeri menelan, ditambah lagi karena
selama lebaran sering terkena debu yang berlebih di tambah dengan musim kabut
asap, mata ku pun menjadi nyeri dan kemerahan, kena konjunctivitis, ambruk juga
pada akhirnya aku, ijin sakit beberapa hari dengan tempat kerja. namun
sejujurnya aku tak terlalu senang mesti berlama-lama ditempat tidur, pagi-pagi
aku dah jalan, dan dari jalan-jalan di banua (istilah banjar untuk kampung
halaman) ini lah catatan ini bermula.
Aku Adalah Anak Kampung
Sejujurnya bukanlah di kota kabupaten atau Barabai aku
di lahirkan, karena pada akta kelahiranku tertulis kelahiran Banua Hanyar,
kampung ini berjarak ± 4 KM dari kota kabupaten, ya….pinggiran Kecamatan
Barabai lah. Kalau sekarang tempat kelahiranku itu adalah di Jalan Sarigading,
RT 04 RW IV Banua Budi, nama kampung kelahiranku memang sekarang ini sudah
tidak ada lagi, hal ini di karenakan adanya kebijakan daerah yang melakukan
penciutan desa, dengan demikian akan ada beberapa desa yang kemudian di
gabungkan dengan desa lainnya menjadi 1 Desa, dan desa kelahiranku ini kemudian
ikut di gabungkan dengan Desa Banua Budi.
Orang mungkin berpikir pencantuman nama Jl. Sarigading
ini berhubungan dengan nama Perusahaan Jamu yang juga beralamat tepat di jalan
tersebut dan nama Perusahaan Jamu Tersebut adalah Jamu Sarigading, pembakal
atau kepala Desa Banua Budi Bp. Mursidi yang kutemui di halaman rumahnya
menjelaskan setiap nama jalan atau gang itu pasti ada sejarahnya, maka dari itu
ia menamakan gang di samping rumahnya Gang Binuang, karena dulu menurutnya di
dalam gang tersebut ada Pohon Binuang yang sangat besar dan menjadi kebanggaan
warga Banua Budi dan Banua Hanyar, namun karena pohon itu sudah tua, pohon
tersebut roboh disambar petir sehingga kita sekarang ini kita dan anak-anak
banua tidak bisa lagi melihat pohon tersebut dan bahkan mungkin ada orang yang
sama sekali tidak tahu seperti apa itu Pohon Binuang, dari pembicaraan ini
beliau juga menyinggung tentang nama jalan raya yang membelah desa Banua Budi
ini yaitu jalan Sarigading, dari cerita Gang Binuang ini pada akhirnya beliau
kembali bercerita tentang Sarigading, sebuah cerita yang dahulu waktu aku keci
juga sering di ceritakan oleh Abah dan Mama sebagai cerita penghantar tidur
waktu aku kecil dulu, Pembakal atau Kepala Desa Banua Budi Bp. Mursidi ini juga
menyarankan agar aku melakukan cross cek kebenaran cerita ini dengan orang yang
lebih tua dari dia sehingga cerita ini tidak dianggap sebagai cerita bohong
atau di buat-buat, kedepannya ia pun berencana apabila ada pembuatan nama Gang
lagi, ia akan mengusulkan kepada masyarakat dengan Nama Sri Gading agar
masyarakat terutama para generasi mudanya bisa mengetahui sehingga dapat
mmbedakan antara Sarigading sebagai nama kembang, nama perusahaan jamu dan nama
jalan yang membelah di kampungnya ini.
Namun para pembaca harus siap-siap kecewa,tulisan ini
tentu akan banyak kekurangannya, aku memang bukan sedang menulis biografi, atau
sedang melakukan sebuah kajian sejarah, untuk itu, anda janganlah berharap
menemukan hal-hal yang sangat mendetail dan mendalam dalam penulisan ini.
JALAN PANJANG MENUJU SARIGADING
bunga sri gading |
Internet merupakan tempat pertama yang ku datangi
pertama kali, dengan mengetikkan nama sarigading, aku menemukan ratusan kata
sarigading namun selalu saja hal ini mengarah kepada nama perusahaan jamu yang
ada di kota barabai, atau kata tersebut akan terhubung dengan nama alamat
sarigading, google juga menghubungkan kata sarigading dengan Sri Gading, dan
pada saat kata tersebut kuikuti, ternyata kata Sri Gading ini mengarah kepada
bunga sri gading yang di katakana merupakan pohon kecil atau semak yang biasa
ditanam di pekarangan rumah. Tumbuhan yang berasal dari Asia Selatan ini tidak
berbentuk indah namun ditanam karena harum bunganya yang menyeruak di malam
hari. Dengan warna mahkota bunga yang khas, bunganya mekar setelah matahari
terbenam. Pada siang hari bunga yang mekar pada malam sebelumnya luruh. Sampai
disini internet pada akhirnya tidak mampu memberikan informasi yang lebih lagi
kepadaku.
Namun Aku meyakini, pembeian nama Jalan ini pastilah
tidak ada berhubungan sama sekali dengan nama perusahaan Jamu di jalan
sarigading tesebut, namun sampai disini aku masih belum menemukan alasan yang
dapat menyangkal keyakinanku ini, apalagi dari teman-teman yang kutemui semua
memberi jawaban yang sama, bahwa penamaan jalan sarigading itu pastilah sangat berkaitan
erat dengan perusahaan jamu tadi. Ku coba menceritakan kepada teman-temanku
tentang cerita masa kecilku dan ditambah lagi dengan menyebutkan bahwa pendapat
ini juga di dukung oleh kepala desa Banua Budi, teman-temanku hanya
bilang,’hanyar haja aku tahu To’(baru sekarang saja Aku mengetahuinya).
Dengan di balut perasaan ingin tahu, Aku balik ke
tempat bapak Kepala Desa Banua Budi, beliau mencoba menyebutkan beberapa nama
yang mungkin bisa aku temui sebagai narasumber dalam penulisan ini, namun apa boleh
buat…..nama-nama tersebut sudah tidak ada lagi, mereka sudah berpulang ke
khadiratnya. Satu-satunya nama yang bisa kutemui hanyalah tersisa 1 orang saja,
ini pun adalah orang yang sangat luar biasa, karena beliau ini tak lain dan tak
bukan adalah orang tua ku Sendiri. dilahirkan dengan Nama Suriansyah di Banua
Binjai pada tanggal 17 Agustus 1940, beliau adalah pensiunan Guru dan di kampung
beliau biasa di kenal masyarakat sebagai Guru Suri atau Haji Suri, orangnya
Kurus, agak hitam, Sederhana, tegas namun penuh dengan kesahajaan. Saat di
tanyakan tentang sarigading beliau menerawang, wajah beliau tertunduk dan
dengan singkat beliau berkata ‘sarigading adalah pahlawan’, namun beliau
sendiri mengaku tidak pernah bertemu dengan Pahlawan Sarigading ini, dan beliau
pun mengetahuinya dari cerita
kakek-kakekku atau orang tua abah yang menurut beliau pernah bertemu dan bahkan
berkawan dengan pahlawan sarigading ini.
sket desa banua binjai |
Abah mengakui tidak mengetahui tentang alasan
pemberian nama jalan ini dengan nama jalan Sarigading, namun beliau
berkeyakinan dengan pasti, hal ini tentulah berhubungan dengan nama Pahlawan
sarigading dan tidak ada hubungannya dengan nama perusahaan jamu tersebut,
kalau pun ada itu hanyalah kebetulan saja bahwa perusahaan jamu itu berada di
jalan sarigading, lagi pula tentunya lebih lama kejadian Sarigading ini dari
pada perusahaan jamu ini, demikian abah menimpali cerita ini.
Cerita Kepahlawanan sarigading ini menurut abah tidak
terlepas dari nama Banua Binjai, kampung ini telah ada sebelum kemerdekaan
Indonesia, wilayah banua binjai sangat lah luas, mencakup 5 Desa di era Orde
Baru dan 3 Desa di era Otonomi Daerah, menurut abah pada tahun 1940an di Banua
Binjai kedatangan seorang Tentara dari Pulau Jawa bernama Sarigading, Semua
warga Banua Binjai pun Mengetahui kedatangannya ini pada saat itu. dalam saat
itu tidak ada tempat yang aman bagi seorang pejuang kemerdekaan, maka
sarigading bersembunyi di sekitar Hutan Parak tepatnya sekarang ini masuk dalam
wilayah Desa Banua Budi RT.3, dalam kesehariannya berada di wilayah hutan ini
Sarigading makan dan minum dengan apa saja yang dapat di jadikan makanan,
kadang kakek yang merupakan orang tua abah membawakan makanan sekedarnya, dari
sinilah kemudian kakek dapat berkawan baik dengan Pahlawan sarigading ini.
kuburan muslimin banua budi |
Sudah kita ketahui secara umum bahwa pada saat
tersebut tidak 100% masyarakat kita sejalan dengan perjuangan kemerdekaan yang
diusahakan pada saat tersebut, selalu ada orang-orang yang rela menggadaikan
harga dirinya kepada penjajah, dengan bujukan oleh oknom oknom desa pada saat
itu sarigading diinformasikan bahwa ia sedang di tunggu oleh teman-teman
seperjuangannya di Banjarmasin, Sarigading pun keluar hutan untuk menemui
teman-teman seperjuangannya,namun sesampainya di Pantai Hambawang, perjalanan
Sarigading terhenti oleh Sepasukan Belanda, kemudian Sarigading di tangkap dan
di bawa kembali ke kampung Banua Binjai, Di Banua Binjai Sarigading di hukum
tembak oleh Polisi KNIL, dan jenazahnya di makamkan di Kubur Muslimin Desa
Banua Binjai yang sekarang ini adalah kuburan muslimin Desa banua Budi, pada
saat itu menurut abah mana ada masyarakat yang mampu mencegah kejadian ini ‘mau
di lawan dengan apa, lagian yang di lawan pasukan belanda’ kata abah.dan
setelah masa kemerdekaan di Tahun 60an Jenazah Sarigading di Pindahkan ke makam
pahlawan Kusuma Bangsa Pagat Batu Benawa. Demikianlah cerita sarigading yang di
ceritakan oleh orang tua ku, benar-benar cerita yang singkat, tidak ada catatan
yang dapat ku dapatkan dalam penulisan ini, harapan kedepan, aku sangat
mempunyai keinginan bahwa suatu saat aku melakukan ziarah ke makam pahlawan
Kusuma Bangsa, pagat, batu benawa untuk menemukan makam pahlawan pahlawan
sarigading ini, dan lebih jauh lagi terbersit pula sebuah harapan bahwa suatu
saat akan ada orang yang akan melakukan penelusuran sejarah tentang pahlawan
sarigading ini, terakhir sebuah harapan kutujukan kepada semua warga masyarakat
Barabai, semoga tulisan ini dapat sedikit memberikan informasi tentang ‘JALAN SARIGADING’ jalan hidup seorang
pahlawan bernama Sarigading dan sebuah jalan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
namun dengan ini semua, penulis juga kecewa, ternyata plang nama jalan
Sarigading ini berada tepat d bagian depan Bulau dalam dan Bagian belakang
Bulau dalam tersebut sehingga dengan
penataan seperti ini letak perusahaan jamu sarigading berada di pertengahan
jalan tersebut, sedang jalan menuju kearah Banua Binjai dan Seterusnya tidak
ada plang nama Jalan sarigading nya, sehingga bagi orang yang tidak tahu akan
cerita pahlawan Sarigading ini tentu akan menghubungkan nama jalan Sarigading
dengan perusahaan jamu ini.
SITUS PAHLAWAN SARIGADING
jembatan sarigading |
sumur sarigading |
Semua cerita dalam
pahlawan sarigading tersebut, di masa sekarang ini terletak di Desa Banua Budi
RT.04, ada beberapa situs atau tempat yang dapat dihubungkan dengan pahlawan
sarigading ini, diantaranya adalah rumah dari kayu berhalaman luas yang ada di
RT.04 Desa Banua Budi yang ditempati yang oleh masyarakat Desa Banua Budi di
Panggil Nenek Tair, menurut cerita masyarakat agak jauh di belakan rumah ini
lah dulu pahlawan sarigading di tembak, dan kemudian apabila kita jalan agak ke
dalam, melewati kebun kelapa kita akan menemukan jembatan kecil dari kayu ulin
yang di lingkupi oleh rimbun daun rumbia,inilah jembatan sarigading yang
menurut cerita pula ditempat inilah dahulu jenazah pahlawan Sarigading di
Mandikan, dan persis di sebelah kiri jembatan terdapat bekas sumur yang
tertutup oleh dedeaunan, masyarakat menyebutnya Sumur Sarigading, air dari
sumur ini lah yang digunakan untuk memandikan jenazahnya. Dan persis di
persimpangan jalan kearah pandawan dan Kambat terdapat kuburan muslimin Banua
Budi, di Pemakaman ini dulu di makamkan jenazah Pahlawan Sarigading sebelum
makamnya di bongkar dan kemudian di pindahkan ke makam pahlawan Kusuma Bangsa,
Pagat batu benawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar