Jumat, 19 Agustus 2011

Sang Pemburu Sinyal


Handphone / Hp adalah barang paling populer sekarang ini….No body can deny it. Malah ada yang bilang  Hp itu sudah seperti KTP, jadi kalau tidak bawa HP sudah seperti tak punya jadi diri ( he….he…he…..).
Karena itulah, kita pada akhirnya tak pernah bisa pisah dengan barang ini, bahkan lantaran sebegitu cintanya dengan barang ini , kemanapun kita pergi akan selalu di bawa kemana – mana, bahkan kalau perlu sampai ke toilet atau kamar mandi pun sukses terbawa serta.

Dari segi style Hp tak kalah pentingnya, tanpa Hp dianggap bukan anak gaul, istilah nya kuper, jadi tanpa Hp siap – siap saja tersisih dari pergaulan……sudah sebegitu penting Hp bagi semua sisi – sisi kehidupan kita.

Namun apalah artinya Hp tanpa adanya sinyal, jika ada yang menanyakannya, jawabannya akan sepadan dengan perumpamaan ikan tanpa air, pantai tanpa lautan, leleki tanpa wanita dan sebagai – sebagainya, ibaratnya hidup tanpa pasangan adalah kesepian, Hp tanpa sinyal adalah ketidak berartian.

Untuk kecamatan Tebing Tinggi meski belum terdapat tower pemancar sinyal Hp.masalah Hp jangan di Tanya, 80 % koma sekian – sekian  sudah memiliki kemampuan dalam hal membeli Hp meski belinya tanpa sinyal tentunya, dan angka 70 % koma sekian – sekian sudah melek Hp.

Untuk mengatasi ini semua, bagi kita – kita yang terdampar di wilayah tebing tinggi meski panjang – panjang pikir, diantaranya dengan meluangkan waktu manjadi pemburu sinyal kedataran yang lebih tinggi atau dengan memasang antene yang tinggi kemudian di hubungkan dengan kabel ke Hp.

Dulunya sih pernah mau di bangun tower pemancarnya di desa Sungsum, persis di belakang mesjid Desa sungsum, di pinggir jalan menuju Desa Auh. Pondasi untuk menempatkan Baja – baja rangkaian tower pemancar sukses di rampungkan, baja – baja menaranya pun di datangkan, tinggal merangkainya maka sekecamatan tebing tinggi pun tidak perlu lagi masang antene rumahan  yang tinggi untuk mendapatkan sinyal, atau meski cape – cape berburu sinyal.

Namun apa daya, sekarang kita tidak bisa melihat keberadaan  menara pemancar ini….yang nampak hanyalah padang rumput menutupi pondasi menara, di selingi rimbun pohon pisang……..kabarnya baja rangkaian tower pemancar di tarik ke tanjung kab. Tabalong,……ironis memang, namaun inilah realita adanya.

Dari sana – sini bertanya ternyata bukan masyarakatnya yang menolak di bangun pemancar sinyal Hp disini, masyarakat pun sadar dengan kemudahan yang di dapatkan dari adanya penbangunan tower pemancar ini.
kabarnya jadi seperti sekarang ini di sebababkan lantaran seseorang atau mungkin beberapa tokoh masyarakat yang meatas namakan masyarakat menolak pembangunan ini dengan alasan dilatar belakangi kesalahan penempatan pembangunannya, dikatakan bahwa pembangunan pemancar ini berada dalam kawasan hutan lindung ( dalam peta nasional memang benar kawasan ini adalah  berada dalam kawasan hutan lindung ), ditakutkan nantinya pembangunan ini akan merusak kelestarian habitat, ekosistem hutan lindung (……Mungkin ).
Macam mana pula……..tapi mungkin masuk akal juga  ( meski tak masuk akal juga )…..dengan pembangunan tower pemancar sinyak di kawasan hutan lindung, ditakutkan nantinya semua penghuni hutan lindung bakalan ikut – ikutan latah ngikutin trend ber Hp ria juga.
Susahkan jadinya andai monyet mau beli Hp juga, kalau belinya pakai duit sih tak jadi masalah, takutnya nanti bayarnya  pakai daun, atau jangan – jangan saat tengah malam pintu rumah kita di ketok – ketok atau malah di gedor – gedor oleh ular atau biawak sejenis kadal raksasa yang mau beli pulsa lantaran keranjingan browsing internet, atau facebook abis.

Tapi kupikir bukan lantaran ini sebenarnya, pasti ada sesuatunya di belakang ini, ibaratnya setiap ada peraturan – peraturan atau perundang – undanagan yang mau di terbitkan ato suatu keadaan yang dapat menyebabkan adanya suatu perubahan yang perlu di cermati adalah siapa yang diuntungkan ? seberapa banyak keuntungan akan berpihak kepada kita?

Add caption
Ini sangat penting sepertinya,……….Ujung – ujungnya ‘DUIT ‘ Bro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar